Renungan Minggu, 21 November 2021
TETAP MENGABDIKAN HIDUP BAGI SANG ALFA DAN OMEGA (Wahyu 1: 4-8)
“Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.”
(Wahyu 1: 8)
oleh : Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.
Tetap Mengabdikan Hidup Bagi Sang Alfa Dan Omega
Penderitaan dunia karena pandemi Covid-19 dan berbagai varian barunya, belum juga usai.
Dari salah satu portal online tirto.id diberitakan bahwa Kasus Corona dunia kembali dilaporkan pada 16 November, beberapa negara yang sebelumnya sempat mengalami penurunan kasus, saat ini melaporkan mengalami kenaikan kasus lagi seperti Jerman.
Data Worldometers per Selasa, 16 November 2021 pukul 9.00 WIB menyebutkan, total jumlah kasus positif global telah mencapai 254.526.896.
Penderitaan kehidupan juga dialami konteks bacaan Firman Tuhan melalui Kitab Wahyu.
Tepatnya penderitaan bukan karena badai pandemi Covid, namun karena badai aniaya yang melanda umat-Nya, Allah dalam Tuhan Yesus Kristus memberikan wahyu kepada hamba-Nya, Yohanes untuk menghibur dan meneguhkan mereka.
Dengan setia Yohanes bersaksi tentang wahyu yang telah diterimanya.
Ia menuliskannya bagi ‘hamba-hamba Kristus’ (baca kembali ayat yang sedang menjalani masa uji dalam rangka pemurnian menjelang pemuliaan.
Bagi “ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya” disebut berbahagia atau terberkati.
Maksudnya jelas, menekuni dan mengamalkan Kitab Wahyu akan mendatangkan berkat bagi orang percaya dan jemaat, yakni ketangguhan menjalani masa uji yang penuh penderitaan, dan kemuliaan surgawi sebagai orang-orang yang menang.
Nats kita Minggu ini ada di ayat 8, berbunyi demikian: “Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, Yang Ada, Yang sudah Ada, dan Yang akan Datang, Yang Mahakuasa.”
Ada kekuatan penghiburan dan sekaligus peneguhan yang disampaikan kepada umat-Nya, bertitik tolak dari hubungan antara Allah dengan umat-Nya, dengan mengedepankan kedaulatan karya-Nya. Kasih karunia, yang menjadi pokok keselamatan kita, dikatakan ‘menyertai kamu’ (maknai ayat 4).
Ungkapan ini menyiratkan kebenaran mendasar dalam keselamatan kita, bahwa sekali kita berada dalam kasih karunia Allah, selamanya kita berada dalam kasih karunia tersebut.
Inti penegasan Wahyu tentang ‘kasih karunia dan damai sejahtera’ bagi umat-Nya, memastikan bahwa Allah bersama-sama dengan umat-Nya dalam menghadapi masa uji yang paling berat sekalipun.
Persis seperti kita kini juga berada bersama dalam dunia yang secara global sedang menderita karena pandemi. Termasuk negeri tercinta kita Indonesia. Dari Wahyu melaui Yohanes ini, kita diingatkan kembali bahwa konteks kita berada – Indonesia dan kehidupan dunia kini- adalah lahan pelayanan dam kesaksian tentang keselamatan Allah bagi manusia, sekaligus menjadi kesempatan bagi kita untuk meraih kebahagiaan.
Dari Wahyu ini ada kepastian bahwa Kristus adalah Sang Saksi yang setia dan terus mengasihi kita.
Kuasa-Nya yang dahsyat telah nyata dari karya-Nya menyelamatkan Kristen dari dosa, dan akan terus nyata melalui segala sesuatu yang ia sedang dan akan kerjakan selanjutnya, seperti ditekankan Firman Tuhan kepada kita di ayat 7 dan sekali lagi Nats di ayat 8 tadi.
Lalu mengapa Allah kini mengaruniakan Anda kesempatan untuk membaca, menggali, dan merenungkan kitab Wahyu?
Di tengah penderitaan dan kesakitan pandemi yang masih besar sekarang ini, khususnya beberapa bangsa dan negara lain naik kembali angka penderita Covidnya?
Jawabannya adalah: Agar iman kita makin teguh, hati makin berserah, dan karya kesaksian kita untuk peduli berbagi, bahkan siap sedia memberi pelayanan kepada sesama manusia yang membutuhkan semakin nyata. Dimulai dari keluarga kita, lalu peduli berbagi kepada tetangga lingkungan, kemudian terus meluas Doa serta kebersamaan menjaga prokes serta mengikuti aturan ketentuan pemerintah baik kota dan negara Indonesia.
Bahkan terus-menerus Doa bagi Jerman, Amerika, hingga beberapa negara tetangga terdekat seperti Singapura yang berjuang kembali untuk pulih dari angka Covid yang naik kembali.
Semua ini adalah demi Tuhan kita, yang bagi-Nya “kemuliaan dan kuasa sampai selama-lama-Nya” (baca ulang ayat 6). Mari setia melayani keluarga, sesama manusia dan kehidupan dunia, sebagai wujud kita mau taat menjadi hamba (-hamba) Allah dalam segala sesuatu, karena hanya dalam ketaatan mengabdi kepada Tuhan Allah bagi dunia, maka berita kitab Wahyu ini bisa menjadi kabar bahagia bagi kita dan semua.
Mari ibu, bapak dan sahabat muda-mudi, jadikanlah hidup dan kehadiran kita di tengah dunia ini menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan. Mari semakin mengabdikan diri dan hidup setiap hari bagi Sang Alfa dan Omega.
Amin.
Media: GKJ-N/No.47/11/2021
Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.