Tetap Rendah Hati Dalam Tuhan (Markus 9: 33-41)

Renungan Minggu, 19 September 2021

TETAP RENDAH HATI DALAM TUHAN (Markus 9: 33-41)

Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: ”Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.”
(Markus 9: 35)

 

oleh : Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.

 

Tetap Rendah Hati Dalam TUHAN

Ibu, bapak dan saudara-saudari yang kekasih dalam Tuhan.
Hari ini selain ada Baptis Dewasa. Juga ada Baptis untuk anak-anak.
Sakramen baptis adalah alat imaniah, karena ia merupakan tindakan simbolis-dramatis (yaitu tindakan yang menggambarkan dan yang mempunyai makna simbolis) dengan air sebagai unsur dasarnya, yang dalam baptisan melambangkan darah Kristus.

GKJ menekankan unsur dasariahnya, yaitu air yang melambangkan darah Kristus. Sakramen baptis dilaksanakan dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, karena kekudusan sakramen itu justru karena dilaksanakan dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Itu penting, karena sakramen baptis merupakan peristiwa yang terjadi di dalam pekerjaan penyelamatan Allah, sehingga mempunyai makna penyelamatan. Kita semua diselamatkan, dan Tuhan yang menyelamatkan.
Ibu, bapak dan saudara-saudari termasuk saya tentu, kita diselamatkan-diberkati.
Tuhan menyelamatkan dan selalu memberkati kita. Di sinilah kita sudah sepatutnya belajar untuk rendah hati, semakin rendah hati. Semakin rendah hati dalam Tuhan dan bagi sesama manusia.

1.Rendah Hati Dalam Tuhan
Murid-murid bertengkar. Ya, di ayat 34 tadi jelas digambarkan mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Mereka bertengkar karena sedang kehilangan atau minimal tergerus akan kerendahan hati. Yesus, Guru dan Tuhan itu tahu betul apa yang sedang terjadi saat itu.
Dan Tuhan Yesus Kristus juga tahu apa yang sedang terjadi pada kita sekarang, di zaman now, di pandemi ini, di era internet dan digitalisasi.
Kita sedang (salah satu yang terbesar) banyak digoda untuk sombong, memuaskan ego dan obsesi berlebihan, bahkan sepertinya mudah untuk menempatkan orang lain lebih rendah bahkan jauh di “bawah” kita.

Jebakan-godaan ingin menjadi yang terdahulu, contohnya. Karena kebelet ingin dipandang terdahulu tahu info dan atau berita tertentu, tidak sedikit dari kita bisa jatuh pada hoax. Cepet-cepet, terburu-buru men-share info dan atau berita yang belum dipastikan sumber dan isinya, lalu rupanya itu salah bahkan berpotensi menyesatkan dan membawa kegaduhan, lalu biasa diakhiri dengan kalimat “ohhh maaf itu tadi hoax.” Padahal berita salah, info tidak benar itu sudah ke mana-mana tersebar, dan menimbulkan kegaduhan bahkan keresahan-kesesatan.

‘Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.”’ (Markus 9:35)

Negara-negara lain angka Covid ya kembali naik. Indonesia kita melandai. Apakah kita biarkan diri Mita jadi sombong, jangan. Bersyukur boleh dan harus.
Namun untuk jadi angkuh, tinggi hati dan sombong bisa menghancurkan diri dan akhirnya jatuh abai lalai.
Bahaya sekali. Mari Evaluasi diri dan kehidupan bahwa angka Covid bisa naik lagi jika kita tidak mau tetap rendah hati, ayo tetap lakukan prokes ketat, tetap 3M, 5M atau 7M.
Yang sudah boleh vaksin, ayo menerima vaksin. Yang sudah vaksin tidak usah sombong, “wehh aku sudah vaksin dong”

2.Memberi Minum Secangkir Air Kerendahan Hati
Daripada:
“Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka.” (Markus 9:34)

Marilah kita:
Bersedia dan setia untuk rendah hati dan semakin rendah hati melakukan ayat terakhir kita, “ Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.” (Markus 9:41)

KSP3J (Komisi Studi Perencanaan Pembinaan dan Pengembangan Jemaat) – GKJ Nehemia melalui teman-teman mayoritas muda dalam Panitia SINAU 2 mengajak kita semua untuk mengalami dan melakukan bersama transformasi.
Wah kata “transformasi” ini sekarang semakin banyak ada di mana-mana.
Terlebih Indonesia dan dunia termasuk tiap keiarga dan pribadi kita mau tidak mau memiliki pola gaya hidup yang berbeda, khususnya dalam penggunaan internet di handphone dan laptop komputer kita masing-masing.
GKJ Nehemia saja (dan banyak gereja-gereja) kini sudah sejak beberapa waktu lalu menggunakan QR Code untuk menjadi salah satu cara untuk umat jemaat bisa menyampaikan persembahan.
Ibadah Minggu kita juga, seperti Ibadaha Minggu. Hingga berbagai kegiatan PA, ibadah dan kebersamaan umat di wilayah-wilayah.

Namun semua itu tidak bisa bermakna dan memberi dampak kuat, jika dalam diri setiap kita, belum ditransformasi oleh Kasih Tuhan Yesus Kristus dan hikmat Roh Tuhan. Untuk menjadi rendah hati dan terus semakin rendah hati dalam Tuhan.

Agar supaya, lagi dan lagi kita dipakai-dimampukan Tuhan untuk bersedia memberi air secangkir air “kerendahan hati” bagi sesama manusia, memberi damai kegembiraan dalam keluarga, menyalurkan kebaikan, kelegaan dan kesukacitaan kepada banyak orang lain.
Sehingga satu dengan yang lain semakin banyak orang meneguhkan dan merawat kerendahan hati, sehingga memunculkan kehidupan bersama yang jauh lebih baik. Saling menghormati dan membangun dalam cinta kasih di masa yang masih sulit sekarang ini.

Selamat semakin bersedia memberi minum secangkir air rendah hati bagi orang-orang di sekitar kita, tiap hari.
Sehingga salah satu ajaran dan karakter Tuhan Yesus Kristus ini, bisa ter transformasi dan kita juga mengalmontransmordasi untuk semakin menjadi saluran berkat Tuhan bagi orang-orang terdekat, tetapi juga bagi semakin banyak orang. Selamat tetap dan semakin: rendah hati.

Amin.

Media: GKJ-N/No.38/09/2021

Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.

Share