Renungan Minggu, 17 April 2022
Paskah
TIADA PEMULIHAN TANPA KEBANGKITAN-NYA
(Lukas 24: 1-12)
“ Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit.
Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea. “
(Lukas 24: 6)
Tiada Pemulihan Tanpa Kebangkitan-Nya
Siapapun bisa mengalami depresi.
Tua-muda, miskin-kaya, sehat-sakit, beragama-tidak beragama.
Secara sederhana, depresi dipahami sebagai gangguan psikis yang ditandai dengan sejumlah gejala keresahan dan perasaan tidak berdaya.
Misalnya: perasaan kosong, sedih sepanjang hari, tertekan, kehilangan minat dalam hampir atau semua kegiatan, sulit tidur atau tidur berlebihan, kegelisahan terus-menerus, perasaan tidak berharga/rasa salah berlebihan.
Seseorang mengalami depresi pasti ada sebabnya. Sebabnya tentu bisa bermacam-macam.
Seseorang yang mengalami depresi juga bisa menimbulkan dampak yang bermacam-macam baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Bahkan seorang yang mengalami depresi, bisa berubah orientasi agamanya ataupun imannya kepada Tuhan.
Beberapa kali saya dengar, seseorang pindah agama karena mengalami depresi atau tidak lagi percaya pada Tuhan karena mengalami depresi.
Apakah murid-murid Yesus saat itu mengalami depresi?
Ya, dalam kadar tertentu, para murid bisa mengalami depresi.
Justru malah aneh, kalau mereka tidak mengalami depresi.
Kehilangan Yesus yang mereka kasihi pastilah meninggalkan jejak luka yang dalam pada jiwa mereka.
Dari rasa sedih biasa, hingga duka yang mendalam, juga rasa khawatir dan takut mendapat perlakuan yang sama dari tentara Romawi/orang-orang Yahudi akan menciptakan sebentuk depresi dalam diri para murid.
Namun demikian, depresi yang mereka alami pada akhirnya bukanlah depresi yang melumpuhkan jiwa dan iman mereka.
Mereka bisa dengan jernih mengelola depresi yang mereka alami dengan baik, terlebih karena pengalaman mereka dengan Yesus yang bangkit.
Jadi jawabnya bisa ya dan tidak.
Depresi kapan saja bisa menyerang kita.
Depresi bahkan bisa melumpuhkan tidak hanya fisik atau psikis kita, depresi juga bisa melumpuhkan iman kita.
Depresi mendorong kita berpikir Allah tidak lagi mengasihi kita, Allah sedang menghukum kita, kita memang layak mengalami nasib buruk semacam ini karena kita telah berdosa terhadap Allah.
Depresi memang bisa membuat kita jauh dari Allah.
Namun demikian, kebangkitan Yesus menunjukkan kasih Allah terhadap manusia dalam segala keberadaan hidupnya.
Ketika dihantam depresi, seseorang bisa kehilangan keyakinan akan kasih Allah dalam hidupnya, namun seseorang seharusnya juga bisa ingat dan tetap berpegang teguh dalam pengharapan bahwa kebangkitan Yesus merupakan wujud kasih Allah yang tak berkurang dalam hidup kita hidup kita, tetap pandanglah Kristus yang bangkit.
Kebangkitan Yesus sungguh memulihkan kita.
Selamat hari Paskah.
Amin.
Media: GKJ-N/No.16/04/2022
Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.