Tidak Tawar Dan Tidak Redup Dalam Karya (Matius 5: 13-16)

Tidak Tawar Dan Tidak Redup Dalam Karya (Matius 5: 13-16)

Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?
Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.” (Matius 5: 13)

Ibu Teresa dari Kolkata, mengatakan demikian: Kita semua mampu untuk menjadi baik atau jahat. Kita tidak dilahirkan buruk: setiap orang memiliki sesuatu yang baik di dalam diri mereka. Ada yang menyembunyikannya, ada yang menolaknya, tetapi kebaikan itu sungguh ada di sana. Allah menciptakan kita untuk mencintai dan dicintai, maka kita diuji oleh Allah untuk memilih salah satu jalan ini. Suatu penolakan dalam cinta dapat menuntun orang untuk berkata ”YA” pada yang jahat dan ketika hal itu terjadi, kita tidak tahu seberapa jauh hal itu dapat menyebar (A Simple Path. Terj. Y. Dwi Helly Purnomo, hal. 29). Rupanya ada orang-orang yang “menyembunyikan” kebaikannya. Mereka sebenarnya bisa “memperlihatkan” atau melakukan kebaikan-kebaikan dalam hidupnya, namun mereka tidak melakukannya. Mungkin hal ini dianggap wajar-wajar saja. Yang penting toh tidak melakukan hal-hal jahat.

Namun Yesus melihat hal ini bukan hal yang wajar. Tidak cukup hanya menjadi orang yang tidak melakukan hal-hal jahat. Seseorang yang beriman pada Sang Bapa dipanggil untuk “memperlihatkan” atau mewujudkan kebaikan-kebaikan Sang Bapa dalam hidupnya. Murid-murid diingatkan oleh Yesus akan hakikat dan panggilan mereka. Mereka adalah garam dan terang dunia. Kiasan yang dipakai Yesus bukan hanya mereka garam atau terang, melainkan garam dunia (Yun: to halas tes ges, harfiah: garam bumi) dan terang dunia (Yun: to phos tou kosmou). Ada hubungan erat, keberadaan garam itu untuk menampakkan fungsinya bagi bumi ini, ada hubungan yang erat juga, keberadaan terang itu untuk menampakkan fungsinya bagi dunia ini. Itulah sebabnya sabda Yesus ini bahkan bisa terasa keras bagi mereka yang tidak bisa memperlihatkan fungsi mereka dengan baik. “Jika garam itu menjadi tawar…tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.”

Banyak orang Kristen merasa terbeban dengan kiasan “garam dunia” dan “terang dunia”, seakan-akan segala persoalan dunia ini menjadi tanggung jawab mereka sendiri. Sebenarnya, kata “dunia” tidak dimaksudkan untuk menunjukkan cakupan, melainkan lebih pada keterkaitan fungsional. Kita adalah garam dan terang bagi dunia dan bukan bagi diri sendiri, juga bukan garam dan terang yang kehilangan fungsinya. Jadi yang penting, di mana juga kita berada jangan biarkan garam kita menjadi tawar, dan terang kita menjadi redup.

Berkaryalah melalui kebaikan dan kasih yang kita wujudkan sehingga banyak orang bisa mengalami kemuliaan dan kasih Bapa melalui karya kita. Amin.

 

Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.