Yesus Datang untuk Menyelamatkan (Yohanes 3: 14-21)

Renungan Minggu – 14 Maret 2021

YESUS DATANG UNTUK MENYELAMATKAN (Yohanes 3: 14-21)

“Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”
(Yohanes 3: 17)

oleh : Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th

 

 

Yesus Datang untuk Menyelamatkan

Sekarang sedang ramai membicarakan dan menerima Vaksin Covid-19.
Namun catatan kecil BBC News Indonesia dikatakan bahwa Vaksinasi melibatkan proses saintifik yang rumit, perusahaan multinasional, janji-janji pemerintah yang bertentangan, serta setumpuk regulasi dan birokrasi.
Prosesnya tidak lurus-lurus saja seperti yang dikira banyak orang.
Satu, dua atau cukup banyak hal yg bisa disepakati bahwa vaksin adalah masuk dalam upaya penyelamatan diri sendiri dan dalam diri orang lain serta kehidupan meluas.

Penyelamatan kini menjadi refleksi perenungan kita di Minggu Pra Paskah IV ini, yakni tentang Penyelamatan Allah atas dunia, atas kita manusia.

Allah tidak ingin manusia tetap hidup dalam dosa.
Allah mengasihi manusia dan ingin manusia tidak binasa dalam dosa dan hukuman Allah, tetapi beroleh hidup yang kekal: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (ayat yang sangat di kenal, yakni ayat 16).


Bagian Sabda kali ini masuk dalam dialog percakapan Tuhan Yesus Kristus dengan Nikodemus.
Sebagai seorang Farisi, Nikodemus tentu akrab dengan PL yang di dalamnya termasuk juga kitab-kitab Taurat.
Ia tentu tahu kisah ular di padang gurun (bisa baca Bilangan 21:4-9).
Tuhan Yesus mengibaratkan kematian-Nya di kayu salib seperti kisah digantungnya ular tembaga di sebuah tiang. Itu terjadi karena orang-orang Israel memberontak melawan Allah.
Sebagai hukuman, Allah mengirimkan ular-ular tedung untuk memagut mereka. Ketika Musa berdoa kepada Allah, Allah memerintahkan Musa untuk membuat ular tembaga dan menggantungnya.
Siapa saja yang dipagut ular harus memandang ular tembaga itu, bila ingin disembuhkan. Begitu pulalah di pemaknaan Minggu-minggu Pra Paskah kini, hingga memaknai kematian Yesus di kayu salib.
Manusia yang telah berdosa karena melawan Allah harus menerima hukuman. Namun Kristus rela menanggung semua dosa manusia dan mereguk murka Allah.

Hanya Tuhan Yesus yang dapat menyelamatkan manusia dari dosa dan hukuman kekal sebab Ia datang dari surga. Tidak ada seorang pun yang mampu berusaha sendiri untuk bebas dari dosa dan menerima pengampunan serta hak masuk surga, kecuali melalui pertolongan Tuhan Yesus.

Manusia hanya dapat mengalami keselamatan apabila menerima cara penyelamatan dari Allah sendiri.
Cara tersebut adalah Allah Bapa mengutus Kristus, Putra Tunggal-Nya sendiri dan memberi Roh ke dalam hati manusia untuk memperbarui hati tersebut.
Roh memperbarui hati agar hati tersebut beriman kepada Tuhan Yesus dan menerima salib Kristus sebagai jalan keselamatan dari Allah.
Salib mungkin sekali ditolak oleh penganut agama Yahudi karena melambangkan kehinaan, tetapi untuk Yohanes salib adalah cara Allah meninggikan Tuhan Yesus dan menyelamatkan kita.


Dengan karya-Nya, Ia menebus manusia dan membebaskan manusia dari hukuman.

Respons seseorang pada karya Yesus akan menentukan apa yang akan ia terima: hidup kekal atau hukuman.
Bagi yang tidak percaya, dengan tegas disebutkan bahwa mereka akan binasa dan dihukum. Hukuman ini diberikan karena sebelumnya kesempatan untuk menerima terang Tuhan Yesus telah diberikan, tetapi manusia menolak dan lebih suka melakukan yang jahat.
Namun orang yang memberi respons positif bagai orang yang datang kepada terang. Niscaya ia diselamatkan dan beroleh hidup kekal


Tujuan Tuhan Yesus datang ke dalam dunia ini bukan untuk menghakimi melainkan menyelamatkan manusia dari hukuman dosa, coba baca lagi dan maknai lebih dalam Nas kita di Minggu ini, yakni ayat 17, demikian, “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”
Keselamatan bagi semua, bagi dunia.

Sudahkah kita merespons karya kedatangan Tuhan Yesus dan semakin bersedia dipakai menjadi alat di tangan-Nya untuk menjadi “penyelamat” bagi sesama manusia, dari hal-hal yang kelihatannya paling sederhana sekalipun.
Seperti tetap mematuhi prokes (protokol kesehatan) melakukan 3M, sebagai wujud penyelamatam diri sendiri namun terlebih juga untuk menyelamatkan keluarga, orang di sekitar kita dan banyak orang lain (suku, ras, bangsa apapun dan bahkan agama apapun) di kehidupan.
Mari semakin bersedia menjadi saluran keselamatan dan penyelamatan Tuhan Yesus Kristus.

Amin.

 

Media: GKJ-N/No. 11/03/2021

Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.

Share