IBADAH SEBAGAI UCAPAN SYUKUR ATAS KASIH KARUNIA ALLAH (1 Timotius 1: 12-17)

Renungan Minggu, 11 September 2022

IBADAH SEBAGAI UCAPAN SYUKUR ATAS KASIH KARUNIA ALLAH
(1 Timotius 1: 12-17)

“ Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus. ”
(1 Timotius 1: 14)

 

Ibadah Sebagai Ucapan Syukur Atas Kasih Karunia Allah

Kasih karunia Allah itu memang menakjubkan. John Newton, dengan bagus mengungkapkan melalui sebuah lagu yang akhirnya menjadi sangat terkenal: Amazing Grace. (Kidung Jemaat 40- Ajaib Benar Anugerah). Lagu ini, ia ciptakan saat ia berusia 54 tahun, sesudah 15 tahun ditahbiskan sebagai pendeta. Ia memang ditahbiskan menjadi pendeta saat berusia 39 tahun. Sebelumnya ia adalah pedagang budak. Lagu ini sesungguhnya menceritakan kesadaran dan pertobatannya untuk menjalani kehidupan baru dalam Kristus. Ia berubah dari pedagang budak menjadi orang yang gigih menentang perbudakan.

Apa yang dialami John Newton mirip dengan apa yang dialami oleh rasul Paulus. Rasul Paulus mengalami transformasi dalam Yesus. Paulus mengakui bahwa sebelum menerima Kristus, ia adalah: seorang penghujat, seorang penganiaya, seorang ganas, dan seorang yang paling berdosa. Namun demikian, kasih karunia Kristus sungguh telah mengubah hidupnya. Ia dimampukan untuk menyadari keberadaan kondisi hidupnya tersebut dan mulai belajar berubah dalam Kristus.

Kasih karunia yang diterima oleh rasul Paulus senantiasa dihayati dalam hidup penuh syukur. Rasul Paulus mengatakan: Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita…Paulus sadar betul, tanpa kasih karunia ini hidupnya akan berbeda. Ia pasti akan masih berada dalam kehidupan lama yang dikuasai kebencian terhadap pengikut-pengikut Kristus. Namun demikian, rasa syukur ini tidak menjadikan Rasul Paulus menjadi pribadi yang arogan terhadap keselamatan yang telah diterimanya. Rasa syukur adalah rasa syukur. Kalau dalam rasa syukur terselip rasa sombong, berarti ada yang tidak beres dari rasa syukur tersebut. Ketika kasih karunia diterima dari Yesus, dengan rendah hati Paulus tetap mengatakan: Di antara mereka, akulah yang paling berdosa. Paulus tidak mengatakan: Di antara mereka, akulah yang paling suci..atau akulah yang paling dikasihi.

Hidup kita memang penuh kasih karunia Allah yang menakjubkan. Sudahkah kita mengungkapkan syukur kepada-Nya? Coba lihat kembali, adakah perbedaan hidup Anda sebelum Anda menerima Kristus dengan saat ini setelah Anda menerima Kristus? Adakah perbedaannya atau sama saja, atau lebih buruk keberadaan hidup kita? Jangan salahkan diri kita sendiri kalau kita belum bisa melihat perbedaannya. Mungkin kita sedang mengalami efek Newton. (I once was blind). Mata kita masih tertutup untuk melihat kasih karunia Allah yang selama ini kita terima. Kita bisa minta tolong pada Tuhan, agar mata kita dapat terbuka melihat kasih karunia Allah dalam hidup kita (but now I see). Jika mata kita terbuka, ibadah yang kita hayati setiap saat akan selalu memampukan kita berubah semakin baik dalam hidup dan pelayanan kita.

Amin.

Media: GKJ-N/No.37/09/2022

Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.