YANG BIMBANG IMAN, DIKUATKAN-NYA (MATIUS 14: 22-33)
“Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: ”Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” (Matius 14: 31)
Yang Bimbang Iman, Dikuatkan-Nya
Tuhan Yesus Kristus menegur Petrus, juga semua murid, pengikutnya, termasuk kita karena kebimbangan iman kita. Namun inilah keindahan perikop kita kali ini bahwa semua orang yang dikasihi dan diselamatkan-Nya akan dimarahi dan ditegur oleh-Nya. Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang? (baca ulang ayat 31)
Perhatikanlah, awalnya, iman ada, lalu karena banyak tantangan zaman, juga pergumulan kehidupan maka iman bisa galau, bimbang iman bahkan bisa semakin lemah. Hal inilah yang dialami Petrus, untuk memiliki cukup iman untuk melangkah di atas air, namun, karena imannya itu belum cukup kuat untuk bisa terus melangkah. Kristus menegur kita untuk menguatkan iman kita dengan berkata bahwa mengapa kita kurang percaya?
Kebimbangan membuat kita ciut dan berkecil hati, dan ini diakibatkan oleh lemahnya iman kita. Kita bimbang karena kurang percaya. Imanlah yang melenyapkan kebimbangan, kebimbangan mata jasmani kita, pada saat badai. Imanlah yang menjaga kepala kita tetap berada di atas permukaan air. Semakin kita percaya, semakin berkurang pula kebimbangan kita.
Mari sadari dan ingat bahwa kebimbangan iman kita sangat tidak disukai Tuhan Yesus. Memang benar bahwa Dia tidak akan mencampakkan orang percaya yang lemah, namun sama benarnya bahwa Dia tidak menyukai iman yang lemah, terutama dalam diri orang-orang yang terdekat dengan-Nya. Mengapa engkau bimbang? (baca lagi dan maknai ayat 31) Apa alasannya? Perhatikanlah, kebimbangan dan ketakutan kita akan segera lenyap begitu penyebabnya diteliti, sebab kalau semuanya dipertimbangkan, tidak ada alasan mengapa murid-murid Kristus harus merasa bimbang, bahkan di tengah badai sekalipun, sebab Ia sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Lalu angin topan diredakan (ayat 32).
Setelah Kristus naik ke perahu, tidak lama kemudian mereka pun sampai di pantai. Kristus berjalan di atas air sampai Ia tiba di perahu, kemudian masuk ke dalamnya. Padahal, sebenarnya Ia bisa saja dengan mudah berjalan terus sampai tiba di pantai. Namun, jika sarana yang lazim memang tersedia, janganlah mengharapkan mujizat. Meskipun Kristus tidak membutuhkan sarana apa pun untuk melakukan pekerjaan-Nya, Ia senang menggunakannya. Perhatikanlah, waktu Kristus naik ke perahu, Petrus ikut masuk bersama-Nya. Orang yang menyertai Kristus dalam kesabaran-Nya, akan menyertai-Nya ke dalam kerajaan-Nya. Orang-orang yang menghadapi bahaya dan menderita bersama-Nya, mungkin awalnya bisa bimbang, namun Tuhan Yesus Kristus tidak akan membiarkan kegalauan – kebimbangan yang semakin melemahkan iman. Mari kita datang menyembah (ayat 33), berseru kepada-Nya, Tuhan Yesus pasti menguatkan iman kita, kuat menjalani pergumulan perjuangan dan akan berjaya bersama-Nya.
Lalu mereka naik ke perahu dan angin pun redalah. Angin sudah selesai dengan tugasnya, yakni untuk menguji. Ya menguji iman kita, mendidik dan menguatkan kita sehingga memiliki kemantapan iman, dan semakin ahli bersaksi tentang kebaikan penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus kepada lebih banyak orang. Semakin penguatan iman dalam Kasih Kristus masuk di dalam hati dan pikiran kita, Ia meredakan gejolak yang mengamuk, seraya mendatangkan damai sejahtera, untuk kita bagikan (baca: menyalurkan dalam urapan Roh Kudus) ketenangan, iman yang semakin kuat, dan damai sejahtera kepada orang lain di sekitar kita, sehingga semakin banyak yang bimbang iman, dikuatkan-Nya.
Amin.
Media: GKJ-N/No.02/08/2023
Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.