IBADAH SEBAGAI KESAKSIAN KEMURAHAN HATI ALLAH ATAS UMAT-NYA (Matius 20: 1-16)
“Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?” (Matius 20: 15)
Ibadah Sebagai Kesaksian Kemurahan Hati ALLAH atas Umat-NYA
Perikop kita di Minggu terakhir September 2023 ini adalah Perumpamaan tentang pekerja di kebun anggur, yang mengajarkan bahwa memasuki Kerajaan Allah adalah soal hak istimewa, bukan soal jasa. Tuhan Yesus Kristus memeringatkan agar kita tidak merasa diri lebih unggul karena memiliki kedudukan atau tugas yang menguntungkan. Juga jangan pernah lupa untuk turut merasakan kemurahan hati Allah yang memberikan kasih karunia-Nya kepada semua orang.
1. Ibadah Sebagai Kesaksian Kemurahan Hati Allah atas umat-Nya
Perumpamaan orang-orang upahan di kebun anggur pun mengajak kita berpikir tentang anugerah yang tidak dapat diperhitungkan seperti upah. Dikisahkan bahwa tuan rumah itu mencari pekerja untuk kebun anggurnya, menjelaskan bahwa dia sebagai pemilik kebun anggur dan dia yang berinisiatif mencari pekerja-pekerja, maka berapa pun upah yang diberikan kepada para pekerja sepenuhnya berdasarkan keputusan sang pemilik kebun.
Kepada sekelompok pekerja pertama yang bekerja dari pagi hingga malam, ia sepakat memberi upah sedinar sehari. Kemudian ia berulang kali mendapati orang-orang yang menganggur dan ia meminta mereka bekerja di kebunnya. Mereka pasti tidak akan mendapatkan upah bila menganggur sepanjang hari, jadi kesempatan bekerja adalah anugerah. Ketika malam tiba, tuan rumah tersebut memberikan upah kepada setiap pekerja mulai dari yang terakhir sampai yang bekerja dari pagi. Para pekerja yang bekerja dari pagi sampai malam protes atas tindakan tuan tersebut karena memberikan upah yang sama kepada semua pekerja.
Tuan rumah itu mengatakan bahwa mereka telah menerima sesuai kesepakatan, jadi protes mereka tidak beralasan. Jika yang mereka permasalahkan adalah upah yang diberikan kepada para pekerja lainnya, maka sepenuhnya itu adalah hak tuan tersebut, jadi ini pun tidak beralasan.
Demikianlah Allah yang murah hati, yang memberikan anugerah kepada siapa Dia mau memberikannya. Tak seorang pun memiliki hak untuk mempertanyakan keadilan-Nya, karena hidup kekal yang dimilikinya pun adalah anugerah-Nya. Oleh karena itulah, mari beribadah hanya kepada Allah Bapa dalam Tuhan Yesus Kristus dan dalam persekutuan Roh Kudus, semakin sungguh-sungguh menandaskan bahwa ibadah kita adalah kesaksian kita atas kemurahan hati Allah atas hidup kita. Tidak hanya Ibadah Hari Minggu saja, tetapi juga ibadah setiap hari. Sebab itu tadi, kemurahan hati-Nya berlaku, dicurahkan dan memberkati kita tiap hari. Apakah masih adakah “upah lebih” kita tuntut memaksa kepada Allah sebagai hasil upaya dan kerja dan pelayanan kita, bila kita menyadari bahwa kesempatan hidup tiap hari, sekolah, kuliah, bekerja dan melayani-Nya pun adalah anugerah-Nya? Mari semakin mensyukuri dan semakin menghidupi kemurahan hati Tuhan Allah.
2. Menghidupi Kemurahan Hati
Kelanjutan refleksi Sabda dari Tuhan Yesus Kristus di perikop kita ini adalah menegur kita yang telah menerima begitu banyak dan sedang juga akan terus diberikan Kemurahan Hati Tuhan, untuk peduli dengan penderitaan sesamanya yang miskin. Mari menghidupi kemurahan hati itu dengan nyata bagi sesama manusia dan seluruh ciptaan Tuhan. Ini juga khususnya diartikan sebagai ketidakpedulian orang-orang yang lebih kuat iman namun tak mau menopang orang-orang yang lebih rapuh imannya. Singkatnya, Tuhan menghendaki kita, umat-Nya, agar tidak memuaskan diri sendiri, melainkan bermurah hati, peduli dan mau berbagi kepada sesama.
Kemurahan hati dan belas kasihan itu memang memerlukan latihan, atau bahkan harus diperjuangkan. Orang yang dipercayakan banyak, kepadanya juga lebih banyak dituntut, sebab sesungguhnya segala kekayaan dan berkat yang ada pada kita adalah pemberian dan kemurahan hati Tuhan Allah. Akan lebih bijaksana, jika kita menganggap bahwa segala yang ada pada kita bukanlah milik kita, tetapi milik Tuhan yang dipercayakan-Nya kepada kita. Dengan demikian, kita dapat dengan lebih bijaksana menggunakannya, dengan memerhatikan kebutuhan orang-orang lain. Selamat makin banyak berlatih dengan melakukannya nyata, selamat beribadah tiap hari sebagai kesaksian kemurahan hati Tuhan Allah kepada dan melalui kita. Salam semakin menghidupi kemurahan hati bagi sesama manusia dan segenap kehidupan.
Amin.
Media: GKJ-N/No.04/09/2023
Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.