Dengarkanlah Yesus! (Lukas 9: 28-36)

Renungan Minggu, 27 Februari 2022

DENGARKANLAH YESUS!
(Lukas 9: 28-36)

Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata:
“Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia”
(Lukas 9: 35
)

 

 

Dengarkanlah Yesus!

Mendengar itu susah-susah gampang.
Ada banyak rintangan dalam mendengar.
Salah satu rintangan  adalah kita tidak tertarik terhadap apa yang kita dengar.
Begitu kita tidak tertarik, pikiran kita melayang-layang entah ke mana.

Sebaliknya, kalau kita tertarik kita bisa dengan setia menyimak apa yang kita dengar.
Salah satu rintangan lainnya adalah mendengar itu memerlukan energi yang banyak.
Tindakan ini lebih banyak membutuhkan oksigen dan glukosa untuk disalurkan ke otak, dan ini bisa sangat melelahkan tubuh.
Kecuali, kita hanya mendengar sepintas.
Itulah sebabnya sering dibedakan mendengar sepintas (to hear)  dan mendengar sungguh-sungguh (to listen).

Saat itu Yesus sedang berada di salah satu gunung.
Yesus mengalami pemuliaan, Yesus mengalami transfigurasi.
Pada saat Yesus berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan jubah-Nya menjadi putih berkilau-kilauan.
Di atas gunung itu pula, Yesus berbincang-bincang dengan Musa dan Elia, dua tokoh besar dalam kehidupan agama orang-orang Yahudi.
Petrus, Yohanes dan Yakobus yang menyaksikan keberadaan Yesus, Musa, dan Elia ingin mendirikan tiga kemah untuk mereka.
Namun sebelum sempat mendirikan kemah, datanglah awan menaungi mereka dan terdengar suara: Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.

Jauh bertahun-tahun sebelumnya, Umat Israel telah mendengar Sabda Allah melalui Musa dan Nabi Elia. Kini saatnya mereka mendengarkan sabda Yesus, Anak Allah yang terpilih.
Yesus tidak hanya sejajar dengan Musa dan Elia, Yesus bahkan melampaui mereka di dalam menggenapi karya penyelamatan Allah bagi umat manusia.

Tentu ajakan mendengarkan Yesus tidak bisa dilakukan dengan asal dengar saja.
Siapa pun yang asal dengar, tidak akan bisa memahami ajaran Yesus dengan baik.
Asal dengar selalu berakibat cepat melupakan.
Agar tidak cepat melupakan, jangan asal dengar.
Apa yang kita dengar dari Yesus, kita coba resapkan dalam hidup kita.
Malah jangan hanya sekali proses peresapan sabda Yesus ini, namun diusahakan diresapkan berkali-kali.
Semakin sering, tentu semakin baik.

Ajakan mendengarkan Yesus juga berarti kesediaan kita dengan rendah hati mendengarkan kehendak Tuhan.
Ini bisa menjadi hal sulit, karena manusia sering lebih suka mendengar kepentingannya sendiri daripada kehendak Tuhan dalam hidupnya.
Atau manusia bisa salah mengira kepentingannya sendiri dimengerti sebagai kehendak Tuhan.
Kerendahan hati yang dimiliki akan membantu umat membedakan mana yang merupakan kepentingan sendiri dan mana yang merupakan kehendak Tuhan dalam hidup kita.

Amin.

Media: GKJ-N/No.09/02/2022

Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.

Share