Kami Adalah Kawan Sekerja Allah (1 Korintus 3: 1-9)

Kami Adalah Kawan Sekerja Allah (1 Korintus 3: 1-9)

“Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.” (1 Korintus 3: 9)

Tahukah Anda??

Berapakah jumlah sel saraf (neuron) pada otak manusia?
Menurut penelitian, jumlah sel saraf mencapai 100 milyar. Namun jumlah sebanyak ini tidak akan bermanfaat apa-apa, jika mereka tidak bisa saling terhubung satu dengan yang lain. Untungnya sel-sel saraf ini bisa saling terhubung satu dengan lain, dalam suatu proses yang disebut sinapsis.
No Neuron Is an Island.
Tidak ada sel saraf yang hidup sendiri.
Tanpa kemampuan menghubungkan diri dan membuat jejaring ini, sel saraf pada otak tidak ada gunanya bagi manusia.

Rupanya pada saat itu, sudah ada banyak kelompok kekristenan di kota Korintus. Kelompok-kelompok ini menetapkan sebentuk identitas yang membedakan satu dengan lainnya. Ada golongan Paulus, ada golongan Apolos, dan ada golongan yang lainnya lagi.
Di satu sisi, banyaknya golongan ini memperlihatkan pertumbuhan iman Kristen yang dinamis. Tidak kaku dan monoton. Beragam dan warna-warni. Rasul Paulus sendiri bersyukur atas perkembangan kekristenan yang plural ini.
Namun demikian, di sisi yang lain keragaman ini tidak membuat mereka semakin dewasa dalam hidup berjemaat dan beribadah kepada Yesus. Mereka melihat perbedaan di antara mereka sebagai sesuatu yang mengancam iman mereka sehingga mereka tidak bisa bersikap ramah terhadap perbedaan yang ada tersebut.
Padahal ketika perbedaan itu dikelola dengan baik akan menjadi sumber pertumbuhan iman yang baik pula.

Rasul Paulus mengingatkan kembali keberadaan dirinya dan mereka sebagai kawan sekerja Allah. Mereka bukan lawan sekerja, melainkan kawan sekerja. Di hadapan mereka terhampar ladang Allah, yakni jemaat Kristen sendiri, yang menunggu untuk diolah atau didampingi dalam pertumbuhan iman mereka supaya menjadi berkat bagi kehidupan ini.

Kata “kawan sekerja” yang dipakai Rasul Paulus dalam bahasa Yunani adalah synergoi. Dalam bahasa Indonesia, diserap menjadi kata sinergi atau sinergis. Dalam kata ini terkandung makna ada jalinan, jejaring, interaksi, dan kerjasama yang kuat di antara pihak-pihak yang terlibat.

Tidak ada gunanya jemaat Kristen semakin bertambah banyak dan beragam, jika mereka tidak bisa berpikir dan bertindak secara sinergis. Mereka malah akan menjadi lawan satu dengan yang lain. Mereka tidak akan bisa bersaksi bagi dunia ini dengan baik.

Mari kita belajar untuk menjadi “kawan sekerja” di dalam Tuhan dalam keragaman kita, sehingga kita dimampukan bersaksi bagi dunia ini. Amin.

 

Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.