Renungan Minggu, 18 April 2021
KITA DIAM DI DALAM ALLAH DAN ALLAH DI DALAM KITA (1 Yohanes 3: 19-24)
“Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.”
(1 Yohanes 3: 24)
oleh : Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th
Kita Diam di Dalam ALLAH dan ALLAH di dalam Kita
Dari berbagai portal berita, salah satunya antaranews.com diberitakan bahwa “BNPB (Badan Nasional Penangulangan Bencana) catat 1.045 kejadian bencana alam selama Januari-awal April 2021” di Indonesia.
Ini tentu sebuah keprihatinan kita bersama, bahkan duka kita semua.
Namun di momen inilah, apalagi ditambah dengan pandemi akibat Covid yang masih berlangsung, kita sebagai pengikut Tuhan Yesus Kristus, sebagai umat jemaat untuk semakin menjadikan kesempatan kita semakin hidup berserah (namun tidak menyerah) di dalam Tuhan, makin memiliki hubungan iman dan rasional makin kuat dalam Tuhan.
Juga durasi sekarang adalah durasi sangat bagus untuk kita makin dekat walau tidak harus berdekatan dengan sesama manusia, masuk ke dalam mengasihi yang lebih murni, peduli berbagi Kasih kepada saudara-saudari yang terdampak bencana dan pandemi.
Rasul Yohanes melanjutkan dengan menggambarkan kepada kita keterberkatan yang akan diperoleh dengan mematuhi perintah-perintah ini.
Orang yang patuh menikmati persekutuan dengan Allah: Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, khususnya perintah-perintah yang berhubungan dengan iman dan kasih, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Sebelumnya, jika membaca dan merenungkan ulang seluruh teks dan konteks 1 Yohanes 3, kita seperti kembali ditarik secara spiritual-iman dalam Kristus yang penuh Kasih untuk mulai melakukan apa yang benar, dan mulai mengasihi saudara dan semua orang di dalam Kristus.
Kasih menjadi indikator keselamatan di dalam diri seseorang. Di tengah kecamuk dunia dan sebaliknya segala goda dunia, kita tidak perlu terkejut bila dunia membenci kita, tetapi kita harus heran bila ada kebencian di dalam tubuh Kristus.
Penulis/Rasul Yohanes juga memakai kisah Kain sebagai contoh kegagalan dalam mengasihi.
Kain gagal karena tidak beriman (baca dan bandingkan Ibrani 11:4) lalu lahir ketidaktaatan yang berakhir pada kebencian; lahir kesombongan yang menghasilkan panas hati.
Kebencian dapat ditunjukkan secara aktif maupun pasif. Di mata Allah, membenci saudara sama dengan membunuh dia di dalam hati. Perbedaan kebencian dan pembunuhan terletak pada tindakannya, sikap hatinya sama!
Walau tidak melakukan tindakan membunuh secara langsung (mungkin karena takut dihukum), terselip harapan bahwa orang itu bisa lenyap.
Penolakan terhadap seseorang juga berarti memperlakukan orang itu seolah dia telah mati.
Mereka yang menyatakan diri sebagai Kristen harus saling mengasihi.
Ini bukan tugas!
Ini bukti kekristenan sejati!
Di mana tidak ada kasih, di situ iman mati.
Penulis (Rasul Yohanes) menegaskan bahwa Allah telah mengaruniakan Kasih Setianya dan kini dalam Kasih Roh Kudus kepada kita (refleksikan ayat termasuk di pandemi yang masih berat sekarang ini.
Roh yang diberikan pada kita merupakan jaminan kuat bahwa kita adalah anak-anak Allah.
Jadi Yohanes mendorong orang percaya untuk memperdalam relasi dengan Allah sehingga memiliki keberanian yang semakin kuat untuk menghampiri dan meminta apa saja pada Allah dalam doa.
Relasi mendalam dan intim dengan Allah membuahkan doa kita yang berani meminta apa saja kepada-Nya.
Kita diam di dalam Allah melalui hubungan yang membahagiakan dengan-Nya, dan melalui kesatuan rohani denganNya, melalui Anak-Nya, dan melalui pergaulan yang kudus dengan-Nya. Dan Allah diam di dalam kita melalui firman-Nya, dan iman kita terpancang pada-Nya dan melalui pekerjaan-pekerjaan Roh-Nya.
Lalu ada ujian untuk mengetahui apakah Ia berdiam di dalam kita, seperti jelas bunyi Nats Minggu ini di ayat 24, “Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.”
Melalui kecenderungan dan sikap jiwa yang kudus yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita, yang sebagai roh iman yang percaya kepada Allah dan Kristus, dan sebagai roh kasih, mari lebih tinggal hidup dengan iman, pengharapan dan kasih yang semakin berdiam dalam Allah.
Berwujud dalam diam (secara verbal, tidak banyak bicara) yakni Doa dalam Tuhan semakin kuat mendoakan siapapun juga yang menderita sekarang ini.
Kemudian meluap ke wujud perbuatan-perbuatan nyata mengasihi lebih murni dengan semakin banyak membantu orang lain, peduli mengasihi kepada yang terpapar virus penyakit, dan berbagi kepada tetangga serta banyak orang (suku, ras, bangsa dan agama apapun) yang terkena-terdampak banyak bencana alam.
Sehingga yang makin tampak bukan kepedihan kehidupan, namun spirit Kasih di dalam Tuhan Allah.
Amin.
Media: GKJ-N/No.16/04/2021
Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.