Renungan Minggu, 14 Agustus 2022
MERAWAT KEBUN ANGGUR TUHAN DENGAN KEADILAN DAN KEBENARAN
(Yesaya 5: 1-7)
“ Sebab kebun anggur TUHAN semesta alam ialah kaum Israel, dan orang Yehuda ialah tanam-tanaman kegemaran-Nya; dinanti-Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran. ”
(Yesaya 5: 7)
Merawat Kebun Anggur Tuhan Dengan Keadilan Dan Kebenaran
Keadilan dan kebenaran adalah dambaan setiap warga negara.
Negara dapat berdiri dengan kokoh jika keadilan dan kebenaran ditegakkan dengan baik bagi segenap warga negaranya.
Bayangkan, jika di suatu negara ketidakadilan dan kebohongan merajalela.
Negara itu hanya menunggu waktunya untuk hancur, hancur bukan karena serangan negara lain melainkan hancur karena sikap pemimpin atau warga negaranya sendiri.
Hadirnya keadilan dan kebenaran tentu bukan sekadar menjadi tanggung jawab para pemimpin di suatu negara, melainkan juga tanggung jawab rakyat di negara tersebut.
Rakyat tidak boleh abai terhadap tanggung jawabnya ini, dan rakyat juga tidak boleh abai jika pemimpin atau pemerintah mereka abai terhadap tanggung jawab ini.
Bersama-sama, rakyat dan pemerintah harus menjalankan keadilan dan kebenaran dalam hidup sehari-hari.
Pergumulan semacam ini, dinyatakan dalam nyanyian nabi Yesaya tentang kebun anggur.
Dalam nyanyian ini, tergambarkan hal yang ironis. Ada seseorang yang memiliki kebun anggur. Kebun anggur ini berada di lereng bukit yang subur. Sang pemilik bekerja keras agar kelak dapat memanen buah anggur yang baik. Tak tanggung-tanggung, ia juga memilih menanami kebun anggur itu dengan pokok anggur pilihan. Ia sudah tak sabar menanti hari panen, untuk memanen buah-buah anggur yang baik.
Akan tetapi, apa yang terjadi?
Yang diperolehnya bukan buah anggur yang baik, melainkan buah anggur yang asam. Pemilik sudah memberikan yang terbaik, tetapi kebun anggurnya memberikan yang terburuk.
Apa yang harus dilakukan sang pemilik, tetap meneruskan pekerjaannya? Ternyata tidak, sang pemilik menghancurkan kebun anggurnya tersebut karena tidak sesuai dengan harapannya.
Gambaran kebun anggur dan buahnya yang asam ini menjadi gambaran yang dipakai nabi Yesaya untuk menjelaskan kondisi umat Israel/Yehuda.
Allah sudah memberikan yang terbaik bagi umat-Nya dalam kehidupan mereka sebagai umat pilihan Allah. Sebagai umat pilihan Allah, semestinya mereka berperilaku seperti yang dikehendaki Allah, namun yang terjadi justru sebaliknya. Bukannya menghasilkan “buah anggur yang baik”, umat pilihan Allah justru menghasilkan “ buah anggur yang asam”.
Bukannya mewujudkan keadilan, justru menampakkan kelaliman. Bukannya menghasilkan kebenaran, justru menciptakan keonaran.
Sebagai orang Kristen dan warga negara Indonesia, nyanyian Yesaya ini semestinya senantiasa mendorong kita untuk berperan sebagai warga negara yang konsisten menghasilkan keadilan dan kebenaran Allah dalam kehidupan keseharian kita.
Ingat: janganlah kita menjadi buah anggur yang asam.
Amin.
Media: GKJ-N/No.33/08/2022
Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.