KELUARGA DIPULIHKAN TUHAN
(2 RAJA-RAJA 5: 8-16)

β€œMaka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir.”
(2 Raja-raja 5: 14, TB2)

Mereka menyebut dia Bapak. Teguran para pengawal kepada Raja Naaman sangat bagus dan patut dihargai. Rupanya para pegawai dan pelayan menghormati dan menaati tuan mereka dengan kasih sayang seperti keluarga. Nasihat itu sangat masuk akal dan penuh perhitungan. Seandainya para pegawainya dengan kasar dan tanpa pikir telah menyulut kemarahan tuan mereka, dan mendorongnya untuk membalas perdebatan dengan sang nabi, yang (pikirnya) telah menghina dirinya, maka betapa jahat akibat yang akan ditimbulkannya!

Api dari sorga, mungkin, turun ke atas mereka semua! Tetapi mereka, yang sangat mengejutkan kita, berpihak kepada Nabi Elisa, kendati kelihatannya dia merasa apa yang telah dikatakannya telah membuat Naaman tidak senang, tidak peduli untuk meredakannya: salah dia sendiri jika dia bersikeras marah. Namun para pegawainya telah dipakai oleh Tuhan Allah untuk meredakan kemarahannya. Mereka menyadarkan tuannya, layaknya sebagai keluarga.

Bahwa apa yang sangat diinginkannya adalah kesembuhan: Bukankah bapak akan melakukan apa saja? Perhatikanlah, ketika orang berdosa yang sedang sekarat sampai kepada keadaan yang demikian, bahwa mereka bersedia melakukan apa pun, untuk menyerah kepada apa pun, untuk meninggalkan apa saja, demi kesembuhan, dengan kasih keluarga yang membersamai, maka hanya pada saat itulah mulai timbul pengharapan dan pemulihan. Sama halnya di konteks PB (Perjanjian Baru) kita para pendosa menerima pemulihan penyelamatan oleh Kristus dengan respons pertanggungjawaban kita mengasihi kepada Allah dan mengasihi sesama, termasuk khususnya keluarga.

Kesembuhan terjadi sesuai dengan cara yang disuruhkan (ay. 14). Walaupun sementara Nabi Elisa menyuruh dia untuk mandi sebanyak tujuh kali, Naaman melakukannya membenamkan diri begitu banyak kali. Akan tetapi Allah senang sejauh hal itu dilakukan untuk menghormati Dia dan Firman-Nya. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak. Alangkah heran dan sukacitanya dia. Orang-orang ini mendapat dengan menyerahkan diri kepada kehendak Allah, dengan menjalankan ketetapan-ketetapan-Nya. Demikianlah pentahiran-Nya berlaku untuk tiap pribadi dan bahkan untuk setiap keluarga yang mendengar dan setia melakukan Firman-Nya, pasti dipulihkan Tuhan.

Amin.

Media: GKJ-N/No.02/10/2025

Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.