BIJAKSANA TERHADAP GODAAN KETAMAKAN
(LUKAS 12: 13-21, TB2)
Kata-Nya lagi kepada mereka: βBerjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.β
(Lukas 12: 15, TB2)

Bijaksana Terhadap Godaan Ketamakan
Fenomena Baru ‘Serakahnomics’ diungkapkan Presiden Republik Indonesia Bpk. Prabowo Subianto Djojohadikusumo. Beliau geram dengan korupsi di negeri kita -Indonesia- beberapa orang karena keserakahan ketamakannya mencuri uang rakyat dengan jumlah di luar nalar, hanya untuk pemuasan kepentingan pribadi dan gerombolannya.
Tuhan Yesus Kristus menyampaikan perumpamaan tentang orang yang sudah memiliki segala sesuatu. Namun terus hidup dalam ketamakan kerakusannya. Perumpamaan ini respons Tuhan Yesus kepada seseorang yang meminta Yesus menegur saudaranya agar berbagi warisan (ayat 13). Kemungkinan besar orang itu ingin memanfaatkan kepopuleran Yesus dan status-Nya sebagai guru untuk mewujudkan keinginannya.
Singkat cerita Allah kemudian mencabut nyawa si tamak dalam perumpamaan itu (baca ulang dan maknai ayat 20). Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang dapat menjamin kehidupan kita. Kita hanya bisa mengusahakan untuk memiliki sesuatu di bumi ini. Bisa saja kita mempunyai banyak asuransi, uang tabungan, dan kekayaan. Akan tetapi, Allahlah pemilik kehidupan kita. Karena itu, Tuhan Yesus memperingatkan kita agar waspada terhadap ketamakan keserakahan.
Kerap kali, kita juga mengikut Tuhan hanya untuk memanfaatkan-Nya mewujudkan berbagai keinginan kita. Kita memperalat Tuhan demi memuaskan hasrat dan nafsu kedagingan kita. Padahal, kalau Tuhan adalah pemilik hidup kita, maka Dia jugalah pemilik segala sesuatu dalam hidup ini. Kita seharusnya tidak perlu tamak dan rakus akan harta dunia. Karena yakin percaya Tuhan pasti memelihara kita dengan baik dan berkecukupan.
Janganlah uang dan harta menjadi tuan kita, memperbudak bahkan hampir seluruh aspek dalam kehidupan kita. Itulah sebabnya Tuhan Yesus tidak menerima permintaan agar Dia menjadi penengah bagi perselisihan antar saudara mengenai harta warisan. Dia tahu perebutan warisan itu terjadi karena ketamakan (ulangi baca dan makani ayat 15) dan hati rakus yang diperbudak harta. Maka Tuhan Yesus mengingatkan orang banyak bahwa harta bukanlah segala-galanya dalam hidup.
Tuhan Yesus Kristus menyebut orang kaya yang bodoh ini sebagai “tidak kaya di hadapan Allah” (ayat 21). Artinya, yang ia kumpulkan tidak berarti apa-apa di mata Tuhan, dan pada akhirnya ia tidak membawa apa pun untuk dipertanggungjawabkan. Mari janganlah kita menjadi orang yang seperti itu. Boleh saja bekerja dan mengumpulkan uang karena kita memang membutuhkannya untuk mencukupi kebutuhan hidup kita dan keluarga. Namun tetaplah waspada untuk jangan hidup kita memberhalakan harta. Jangan tergoda ketamakan dan atau βserakahnomicsβ yang akan merampas kebahagiaan hidup kita di dunia, bahkan merampas keselamatan kita dalam Tuhan.
Amin.
Media: GKJ-N/No.01/08/2025
Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.
