ENGKAU TELAH MEMBUATNYA HAMPIR SAMA SEPERTI ALLAH
(MAZMUR 8: 1-10)

”Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah,
dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.”

(Mazmur 8: 6)

Engkau Telah Membuatnya Hampir Sama Seperti ALLAH

Perikop kita kali ini, dan khususnya Nas di ayat 6 yang berbunyi bahwa, β€œNamun, Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat,” sesungguhnya mengungkapkan jati diri manusia sebagai makhluk dimuliakan.

Mengapa pemazmur bisa melihat kemuliaan manusia? Ternyata, status manusia sebagai makhluk mulia tidak bisa dilepaskan dari relasinya dengan Tuhan, Sang Pencipta. Bila manusia sampai mengabaikan relasi ini, kemuliaan dalam dirinya pun otomatis menghilang. Jati diri manusia tidak bisa terpisah dari hubungannya dengan Tuhan.
Begitulah pemazmur memahami manusia sebagai makhluk yang dimahkotai kemuliaan sekaligus hormat. Mahkota yang tentu merupakan anugerah dari Sang Pencipta. Hal ini mengingatkan kita pada narasi penciptaan bahwa manusia memang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, β€œImago Dei”.

Karena itu penting untuk kita menyadari bahwa manusia adalah ciptaan yang selalu terhubung dengan Sang Pencipta. Kesadaran akan adanya keterhubungan ini menjadi tempat kemuliaan dan kehormatan manusia. Tanpa adanya hubungan relasional ini, manusia kehilangan kemuliaan sekaligus kehormatannya.

Bagaimana cara supaya manusia selalu terhubung dengan Sang Pencipta? Bagaimana supaya manusia tetap menjadi makhluk yang mulia dan terhormat? Tidak ada cara lain kecuali dengan beribadah, berbakti kepada-Nya, dan termasuk khususnya memberlakukan nyata semua ajaran perintah Tuhan Allah. Dengan cara inilah, manusia dapat menjamin keterhubungannya dengan Sang Pencipta. Di sinilah manusia bisa menyatakan pujian hormat dan kemuliaan kepada Tuhan. Melalui mazmur ini, kita diajar bahwa pertanyaaan tentang “siapakah kita?” tak bisa lepas dari pertanyaan: “siapakah kita di hadapan Tuhan?” Kita adalah ciptaan yang begitu kecil jika dibandingkan dengan semesta, tetapi Ia berkenan untuk menciptakan kita segambar dan serupa dengan-Nya serta mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya. Kita, Anda dan saya telah dibuat-Nya hampir sama dengan Allah.

Dari hal ini, mari kita menjadi pribadi yang semakin rendah hati. Jati diri kita hanya ditentukan pada apa yang Tuhan katakan tentang kita dan bagaimana kita melaksanakan tugas perutusan-Nya di dunia ciptaan-Nya ini. Mari semakin siap menyatakan nyata kemuliaan Allah, dengan menjadi alat dalam proses penyelamatan Allah bagi dunia. Semakin banyak mengasihi sesama manusia dan seluruh ciptaan Allah. Dimuliakanlah Allah, selalu.

Amin.

Media: GKJ-N/No.03/06/2025

Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.