IBADAH SEBAGAI KESAKSIAN PENYELAMATAN ALLAH ATAS UMAT-NYA (Mazmur 114: 1-8)
“Pada waktu Israel keluar dari Mesir, kaum keturunan Yakub dari bangsa yang asing bahasanya, maka Yehuda menjadi tempat kudus-Nya, Israel wilayah kekuasaan-Nya.” (Mazmur 114: 1-2)
Ibadah Sebagai Kesaksian Penyelamatan ALLAH atas Umat-NYA
Perikop ini adalah Kidung Paskah, Paskah kuno, peringatan keluarnya Israel dari penjajahan-perbudakan Mesir. Dengan singkat mengingatkan peristiwa-peristiwa terpenting sebagai kesaksian penyelamatan oleh Allah atas Israel, umat dan “biji mata” kesayangan-Nya (baca Nats kita kali ini ayat 1-2). Khususnya tentang penyeberangan Laut Teberau, juga sungai Yordan, penyertaan penyelamatan perjalanan Israel di Padang gurun, juga penampakan Allah di gunung Sinai (baca ulang ayat 3-7) dan disinggung pula mujizat air di gurun sebagai wujud menjadi simbol penyelamat yang membawa kehidupan bagi umat Allah (maknai ayat 8).
Menurut tradisi Israel saat merayakan Paskah kuno tersebut, mereka duduk sehidangan menikmati jamuan roti tak beragi. Di meja perjamuan itulah biasanya dinyanyikan. Mazmur 114 ini tercipta karena penggubahnya mengingat bagaimana Tuhan telah memimpin Israel keluar dari tanah perbudakan, Mesir, masuk ke tanah merdeka, Kanaan. Pekerjaan besar yang tidak dapat dimengerti oleh Musa pada awalnya menjadi kenyataan ajaib bagi seluruh umat Israel. Mari kita mengingat seraya mensyukuri penyelamatan dan pekerjaan ajaib Tuhan dalam kehidupan tiap kita sehingga membangun iman setiap umat Tuhan yang menyanyikannya.
Mari beribadah menyembah Tuhan Allah, mengulang-ulang nyanyian tentang penyelamatan-Nya. Bercermin dari nyanyian mazmur ini, maka kita diingatkan kembali untuk beribadah, baik dalam Ibadah Minggu, serta ibadah tiap hari lainnya, pujian dan Firman Tuhan tentang Tuhan sejak dahulu hingga sekarang perlu terus-menerus diulang dengan berwujud nyata mengasihi semua orang.
Kita pun menikmati karya penebusan Allah (yang di dalam konteks Perjanjian Baru melalui Tuhan Yesus Kristus dan urapan Roh Kudus) itu dalam pemeliharaan-Nya yang tidak begitu saja terjadi atas hidup kita. Begitu banyak peristiwa yang di dalamnya Allah campur tangan. Sudah sepantasnyalah hati dan jiwa kita bergetar terus-menerus beribadah, menyembah, memuji kemasyhuran dan kedahsyatan Allah kita dengan kedalaman syukur yang luar biasa dan tanpa batas.
Pemazmur pun mengajak kepada kita untuk setia dan semakin menyembah beribadah kepada Tuhan, bersaksi tentang Allah yang telah menyelamatkan dan memberkati kita senantiasa: “Pujilah Tuhan atas keajaiban dan pemeliharaan-Nya yang tanpa batas dalam hidup kita!” Bukan dengan untaian kata-kata mutiara saja, bukan dengan mengulang perkataan atau cerita Alkitab tanpa menyertainya dengan penghayatan, tetapi dengan hati tulus bersujud, pikiran yang takut akan Tuhan Allah, sikap sembah gemetar, yang akan membawa kita semakin mengasihi nyata keluarga, tetangga, sahabat, dan lebih banyak orang lain, berbagi peduli kepada mereka yang lapar, haus dan menderita, sebagai wujud mensyukuri semua penyelamatan dan pemeliharaan Tuhan Allah atas hidup kita. Mari beribadah, bersaksi dan mengasihi tiap hari.
Amin.
Media: GKJ-N/No.03/09/2023
Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.