IBADAH SEBAGAI TANDA MEWUJUDKAN KASIH PADA SESAMA (ROMA 13: 8-14)

“Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.” (Roma 13: 10)

Ibadah Sebagai Tanda Mewujudkan Kasih pada Sesama

Mari lakukan dan semakin “bangun” tercerahkan dalam melakukan ibadah kita. Baik Ibadah Minggu, tetapi juga ibadah setiap hari (Senin hingga Sabtu, lalu bertemu Minggu), tiap hari dan tiap waktu beribadah mewujudkan Kasih kepada sesama manusia, bahkan kepada seluruh ciptaan Tuhan.

Rasul Paulus membagikan Firman Tuhan melalui melalui surat mengajak umat jemaat di Roma untuk bangun dari tidur dosa (sebab keadaan berdosa adalah keadaan tidur), dari tidur daging yang merasa aman, malas, dan lalai, dari tidur kematian rohani, dan dari tidur kedinginan rohani. Paulus menggugah umat Tuhan di Roma untuk kembali beribadah tiap hari, ibadah yang sejati, bangun dalam-luar diri untuk semakin mengasihi Tuhan Allah dengan mengasihi sesama manusia. Kita perlu sering-sering didorong dan digugah untuk bangun.

Mari bangun untuk beribadah dengan nyata, sekali lagi baik ibadah Minggu dan ibadah melakukan Firman Tuhan melalui perbuatan Kasih yang nyata bagi banyak orang. Sudah saatnya beribadah yang sejati. Inilah Tanda, inilah waktu perkenanan akan Kasih, inilah waktu untuk bekerja, studi, berumah tangga, bersosialisasi dan bahkan melayani menghadirkan cinta Kasih sayang kepada lebih banyak orang. Inilah waktu ketika ada banyak yang diharapkan lebih daripada yang diharapkan dalam masa-masa kebodohan pada waktu dulu ketika Allah membiarkan semuanya terjadi, ketika manusia duduk dalam kegelapan. Sudah saatnya untuk bangun, sebab matahari sudah lama meninggi, dan menyinari wajah kita. Masakan kita tidur saja dalam waktu terang seperti ini? Sudah saatnya untuk bangun, sebab yang lain sudah bangun dan sibuk di sekeliling kita. Ketahuilah waktu ini sebagai waktu yang sibuk. Banyak pekerjaan yang harus kita lakukan, dan Tuhan berulang kali memanggil kita untuk beribadah kepada-Nya dengan semakin mengasihi sesama manusia.

Bangun sadarilah bahwa di “zaman now” ini sebagai waktu yang berbahaya. Kita berada di tengah-tengah musuh dan berbagai perangkap. Merefleksikan tulisan Paulus ini, kita diajak memerhatikan jalan kita dan perbaiki langkah juga perbuatankita, sebab kita sekarang sudah lebih dekat dengan tujuan ibadah yang sejati. Seperti penggalan lirik pujian PKJ 264,” Ibadah sejati jadikanlah persembahan, Ibadah sejati kasihilah sesamamu..” Ibadah bukan sekedar sebuah perayaan keagamaan semata, namun ibadah sesungguhnya berkaitan dengan tindakan mengasihi sesama dan segenap ciptaan Tuhan. Tuhan yang sudah lebih dulu, selalu, dan akan terus mengasihi kita. Semakin bangunlah kita untuk mengaminkan dan menimankan bunyi di ayat 9 yang kerap dijadikan Hukum Kasih: kasihilah sesamamu manusia seperti kita mengasihi diri sendiri. Seberapa jauh seseorang dapat mengasihi dirinya, sejauh itulah kemampuannya mengasihi orang lain.

Kasih tidak mementingkan diri sendiri, tetapi mengasihi dan mempedulikan orang lain. Jika kita mengharapkan hal baik terjadi atas hidup kita, demikianlah seharusnya kita bersikap terhadap sesama kita. Dan yang lebih kuat dan indah bahwa Kasih menggenapi seluruh perintah Hukum Taurat (baca ulang dan maknai ayat 10). Hukum Taurat menentang segala kejahatan yang mencederai hubungan manusia dengan Tuhan dan dengan manusia lainnya. Mengasihi orang lain berarti tidak mencelakai sesama, sebaliknya mendemonstrasikan kekudusan sebagai lawan dari segala tindak kejahatan.

Paulus menegaskan kepada kita bahwa hanya ada dua kemungkinan hidup: malam dan siang (kegelapan dan terang). Kita harus menanggalkan perilaku malam, yaitu kemabukan, pesta pora, dosa seksual, perselisihan, iri hati, dan kejahatan. Mari kita semakin lebih sungguh beribadah dengan wujud berjuang mengasihi sesama manusia, bagaimanapun, kepada siapapun (suku, ras, bangsa dan agama apapun), dan di manapun kita ditempatkan Tuhan, mari menanggalkan kegelapan, hidup dalam terang Kasih Kristus, dan mewujud nyatakan Kasih kepada sesama manusia dan seluruh ciptaan Tuhan.

Amin.

Media: GKJ-N/No.02/09/2023

Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.

Share