KASIH ITU MENGAMPUNI
(KATRESNAN PUNIKA PARING PANGAPUNTEN)
(Kejadian 45: 1-15)
”Yusuf mencium semua saudaranya itu dengan mesra dan ia menangis sambil memeluk mereka. Sesudah itu barulah saudara-saudaranya bercakap-cakap dengan dia.”
(Kejadian 45: 15)
Kasih Itu Mengampuni
Dengan sengaja, Yusuf memerintahkan agar semua pelayannya menyingkir. Percakapan pribadi di antara layaknya sahabat misalnya, sangatlah bebas dan terbuka. Saat hendak mencurahkan kasih sayang, ia menanggalkan kebesaran, dan sungguh tidak pantas bagi pelayan-pelayannya untuk menyaksikan hal ini. Apalagi konteks teks bacaan kita kali ini, bahwa mereka kakak beradik sebagai keluarga, yang bagi Yusuf sudah sangat lama tidak bertemu.
Air mata pengampunan sesungguhnya sudah mendahului perkenalan dirinya (baca dan maknai ulang ayat 2). Sudah cukup lama ia menahan luapan tangisnya dengan susah payah, tetapi sekarang perasaan itu meluap tidak tertahankan sehingga ia tidak mampu membendungnya lagi. Maka menangislah ia keras-keras, sehingga mereka yang dilarangnya melihat, mau tidak mau mendengarnya. Ini adalah air mata penuh kelembutan dan kasih sayang yang teramat sangat, dan dengan demikian ia menanggalkan sikap keras yang sebelum itu ditunjukkannya kepada saudara-saudaranya. Ia sudah tidak sanggup menanggungnya lagi. Hal ini melambangkan rasa belas kasih ilahi terhadap orang-orang yang kembali dengan penuh penyesalan.
Bahkan di ayat terakhir -sekaligus nas kita Minggu ini- sangat indah, “ “Yusuf mencium semua saudaranya itu dengan mesra dan ia menangis sambil memeluk mereka. Sesudah itu barulah saudara-saudaranya bercakap-cakap dengan dia.” (ayat 15).
Kakak-beradik itupun saling menunjukkan pengampunan kasih sayang. Yusuf memulai dengan Benyamin, adik bungsunya, yang baru berumur sekitar satu tahun saat Yusuf terpisah dari saudara-saudaranya. Mereka menangis di pundak masing-masing (baca ulang ayat mungkin karena teringat kepada Rahel, ibu mereka, yang mati setelah melahirkan Benyamin. Setelah memeluk Benyamin, Yusuf juga memeluk abang-abangyang lain. Sesudah itu barulah saudara-saudaranya bercakap-cakap dengan dia dengan bebas dan akrab mengenai semua perkara yang terjadi di rumah ayah mereka. Sesudah semua pengampunan, ada perdamaian, dan menyusullah kehidupan bersama yang manis dan lebih baik. Mari saling mengampuni, walaupun sangat berat, dengan kekuatan Kasih, kita dimampukan Tuhan bisa mengampuni.
Amin.
Media: GKJ-N/No.04/02/2025
Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.