Lebih dari Sekadar Ritual (Yesaya 58: 1-9)

LEBIH DARI SEKADAR RITUAL
(Yesaya 58: 1-9)

“Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,” (Yesaya 58: 6)

 

Lebih dari Sekadar Ritual

Beribadah kepada Allah harus mewujud dalam sikap kita melayani sesama dengan kasih dan adil.
Termasuk saat kita berpuasa. Inilah perbuatan yang ingin Allah temukan hadir dalam diri umat-Nya.

Mari selidiki dulu, sungguhkah Anda telah mempraktikkan hakikat berpuasa atau sekadar melakukan syarat lahiriah berpuasa?

1. Lebih dari Sekadar Ritual
Israel bertanya mengapa Tuhan tidak memperhatikan upaya dan jerih payah mereka berpuasa.
Allah menjawab mereka dengan menunjukkan beberapa perbuatan mereka yang keliru, yaitu: bertindak semena-mena dan saling berkelahi.
Percuma melakukan hukum Tuhan yang satu sementara hukum-Nya yang lain dilanggar. Mengerjakan perilaku tak terpuji saat berpuasa sama dengan perbuatan sia-sia. Perilaku berpuasa seperti ini hanya sekadar tindakan lahiriah untuk menarik perhatian dan simpati orang lain, namun tidak dapat menipu Allah.
Kiasan pedas “menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur” menunjukkan betapa bo-dohnya perbuatan mereka yang menggunakan simbol kesedihan palsu untuk menjangkau Allah (baca dan maknai lagi ayat 5)

Umat Israel terlampau mementingkan aturan agamawi dalam menunaikan puasa, tetapi melalaikan hakikat berpuasa yang diinginkan Allah yaitu, menegakkan keadilan dan membagikan berkat kepada orang lain serta mematuhi hukum hari Sabat.
Perilaku munafik itu membatalkan tercurahnya berkat Allah bagi mereka dan menghalangi kuasa Allah menjawab doa mereka. Jadi, berbuat baik bagi orang lain dan menaati peraturan Allah adalah perwujudan puasa yang sejati.

2. 4 M
Mari melakukan dan semakin memberlakukan nyata 4m di kehidupan nyata kita, kehidupan sehari- hari.
Dari hal-hal sederhana hingga besar, mari lalukan:

• Membuka belenggu-belenggu kelaliman.
•• Melepaskn tali-tali kuk.
••• Memerdekakan orang yang teraniaya.
•••• Mematahkan setiap kuk.
Keempat hal penting untuk dilakukan nyata ini, kita maknai dari Nas minggu ini (Yesaya 58: 6)

Selamat memasuki Bulan Februari. Katanya bulan penuh cinta Kasih, namun sesungguhnya cinta kasih karuni Allah Allah menghendaki agar dalam berpuasa, umat belajar untuk memiliki kesungguhan hati dan merendahkan diri. Tujuannya, agar kita terlepas dari keinginan untuk menindas orang lain, terlepas dari sikap egois dan serakah.
Berpuasa berarti bertobat, yaitu meninggalkan cara hidup yang lama, dan memiliki hidup yang baru sesuai dengan kehendak Allah: membela hak yang lemah, memberi makan yang lapar, memberi pakaian yang telanjang, dan mereka yang berbeban berat.

Mari jadikan tiap hidup kehidupan kita, lebih dari sekadar melakukan ritual. Baik di Hari Minggu, juga di hari Senin – Sabtu.
Tuhan menempatkan kita di tengah masyarakat adalah untuk menjadi saluran berkat yang nyata dirasakan oleh siapa pun di sekeliling kita, tentu dengan motivasi KASIH, yang membangun dan berguna.

Amin.

Media: GKJ-N/No.06/02/2023

Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.

Share