ALLAH BERKUASA MELAKSANAKAN JANJI-NYA (ROMA 4: 13-25)
”…serta berkeyakinan penuh bahwa ALLAH berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.” (ROMA 4: 21, TB2)
ALLAH Berkuasa Melaksanakan Janji-Nya
Kehidupan manusia adalah kehidupan yang tidak bisa dilepaskan dari janji-janji. Sejak kecil, kita sudah akrab dengan janji. Janji pertama barangkali kita dengar dari orang tua kita. “Ayah janji akan membelikan mainan kalau kamu juara kelas, atau mama janji tidak akan marah lagi kalau kamu minta maaf karena kamu telah berbuat salah.” Ini contoh-contoh jenis janji bersyarat. Perhatikan: Ayah janji akan…kalau kamu…Ada “kalau”nya, ada syarat yang harus dipenuhi sebelum janji ditepati. Namun demikian, ada juga jenis janji yang tak bersyarat. Misalnya ketika orang tua kita berkata: Apa pun keputusanmu, ayah dan bunda tetap akan mendukungmu. Orang tua kita ini berjanji tetap akan mendukung kita meskipun keputusan yang kita ambil tidak sejalan dengan kehendak orang tua kita.
William Barclay, pakar studi Perjanjian Baru, menunjukkan pada kita bahwa dalam bahasa Yunani, ada dua kata yang berarti janji. Pertama, hupuschesis yang berarti janji yang bersyarat. Kedua, epagglelia janji yang tanpa syarat. Ketika Rasul Paulus mewartakan janji Allah pada manusia, kata janji yang dipakai oleh Rasul Paulus adalah epagglelia, janji tak bersyarat. Janji Allah itu janji yang tak bersyarat. Terpenuhinya janji Allah pada umat-Nya tidak didasarkan syarat-syarat tertentu yang harus dilakukan terlebih dulu oleh umat.
Pandangan Rasul Paulus ini berbeda dengan pandangan orang-orang Yahudi pada umumnya. Bagi mereka, janji Allah tak akan terwujud jika syarat-syaratnya tidak lebih dulu dipenuhi oleh umat-Nya. Apa syarat yang harus dipenuhi? Umat harus taat lebih dulu melakukan apa yang diajarkan dalam hukum Taurat. Polanya adalah: Umat taat hukum Taurat, janji Allah dipenuhi. Umat tidak taat hukum Taurat, janji Allah tidak dipenuhi.
Rasul Paulus tidak setuju dengan pandangan ini. Bagi Rasul Paulus pola yang berlaku adalah: janji terpenuhi semata karena kasih karunia Allah, bukan karena taat melakukan hukum Taurat. Yang penting seseorang punya iman terhadap Allah yang telah berjanji. Dalam kondisi apa pun, Allah kuasa melaksanakan janji-Nya meskipun tanpa pelaksanaan hukum Taurat. oleh umat-Nya. Itulah sebanya Rasul Paulus mengatakan: Karena itu, janji tersebut berdasarkan iman supaya sesuai dengan anugerah…(ayat 16).
Jangan pernah meragukan janji Allah dalam hidup kita. Kita bisa saja meragukan janji-janji pihak lain bagi kita. Pihak lain bisa jadi mudah ingkar janji terhadap kita. Namun jangan pernah meragukan-Nya meskipun kita sekarang belum melihat pemenuhan janji itu. Lebih bersabar, lebih bersandar, dan lebih meyakini janji Allah yang telah disampaikanan kepada kita pastilah akan digenapi-Nya. Ingat, janji Allah itu tidak bersyarat lho!
Ia yakin Tuhan maha pengampun, Tuhan berkenan mengabulkan doa permohonannya. Keyakinan ini ia dasarkan pada watak Allah yang penuh rahmat dan kasih setia (ayat 6). Allah yang penuh rahmat dan kasih setia adalah Allah yang sudi mengampuni umat-Nya yang menyesali dosa-dosanya dan memohon pengampunan-Nya.
Sebagai orang beriman, kita punya masa lalu kita masing-masing. Masa lalu kita, tak luput dari pelanggaran dan dosa di hadapan Allah. Jangan kubur masa lalu kita ini dengan anggapan bahwa masa lalu kita akan beres begitu saja. Masa lalu yang tak terselesaikan akan membayangi perjalanan hidup dan keimanan kita. Lebih baik datang pada Allah, secara khusus memohon pengampunan dari Allah atas pelanggaran dan dosa kita di masa lalu.
Amin.
Media: GKJ-N/No.04/02/2024
Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.