Bertahan dalam Iman dan Pengharapan Saat Menghadapi Godaan Hidup (Lukas 4: 1-13)

Bertahan dalam Iman dan Pengharapan Saat Menghadapi Godaan Hidup (Lukas 4: 1-13)
“Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar.” (Lukas 4: 2)

Kita jadi teringat dan bisa langsung menghubungkan reflektif konteks bacaan Minggu ini (10 Maret 2019) dengan Minggu kemarin (3 Maret 2019) bukan? Cobalah baca ulang Keluaran 34: 28 yang demikian, “Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan TUHAN empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh itu segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman.” Kini kita menemukan dituasi dan frame proses bertahan dalam iman dan pengharapan manusiawi Tuhan Yesus Kristus menghadapi godaan dari di iblis di padang gurun: “Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar.” (Lukas 4: 2). Sangat menarik bukan?

Di panggung yang sama, yakni padang gurun, dengan dua pelakon berbeda: dari Musa ke Tuhan Yesus Kristus, kita kembali benar-benar belajar tentang Kemuliaan Iman yang bertahan, atau lebih tepatnya Iman yang terus berjuang dan tidak pernah berhenti bertumbuh makin kuat. Penulis Injil Lukas sesungguhnya mempersatukan dalam tulisannya keterangan yang diberikan Markus (empat puluh hari percobaan) dan keterangan yang diberikan Matius (tiga percobaan setelah empat puluh hari Tuhan Yesus berpuasa). Namun semuanya dengan isi pesan yang sama bahwa “manusiawi” bukan berarti “menyerah saja dengan goda dan rayu si iblis” tetapi manusiawi yang sesungguhnya adalah seperti apa yang dilakonkan dan didemontrasikan oleh manusiawi Yesus selama di padang gurun. Firman yang berkuasa. Sebagai manusia, Yesus mampu menolak godaan dan cobaan karena Ia menggunakan firman Tuhan sebagai perisai dan pedang untuk menghancurkan segala serangan.

Sangat eksplisit kita bisa lacak dan baca ucapan Tuhan Yesus sendiri: “sebab ada tertulis …” menyatakan bahwa tulisan-tulisan itu mempunyai sifat sakral (kudus), artinya mempunyai suatu otoritas yang berasal dari Allah. Kegagalan kita melakukan godaan dan cobaan adalah karena kita tidak menggunakan firman Tuhan untuk bertahan dan bahkan untuk menghaancurkan tipu daya si iblis. Dan mari lakukan semua itu dengan iman percaya kepada Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus dan urapan Roh Kudus. Manusiawi Yesus memperlihatkan gambaran Keilahian Mesias yang sesungguhnya. Tuhan Yesus Kristus mengerti betul misi-Nya yakni menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia berdosa, dan untuk itu Dia mengalami pencobaan, mari menjalani perang rohani seperti itu tiap hari bersama Tuhan Yesus Kristus. Mari menyatakan ketaatan iman dan pengharapan, lewat setiap ucapan verbal dan khususnya melakukan Firman-Nya di perbuatan-perbuatan nyata, berani menolak cobaan, kuat bertahan terhadap rayuan busuk dan menang dengan menghancurkan godaan-godaan yang hanya bertujuan menghancurkan kehidupan, kebahagiaan dan keselamatan kita. Amin.

Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.