IKUTLAH CARA YESUS UNTUK MENJADI YANG PERTAMA (MARKUS 9: 33-37)

”… Kata-Nya kepada mereka,”Jika seseorang ingin menjadi yang pertama, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” (Markus 9: 35, TB2)

Ikutlah Cara Yesus Untuk Menjadi Yang Pertama

Mau menjadi pertama kok malah disuruh menjadi yang terakhir? Yesus yang pengajaran-Nya tidak sambung ataukah mereka yang tidak paham apa yang diajarkan Yesus? Barangkali demikian pikiran murid-murid ketika mendengar respons Yesus.Yesus rupanya mendengar perdebatan para murid-Nya yang berlangsung sepanjang perjalanan ke Kapernaum. Barangkali malah tidak terpikirkan oleh murid-murid-Nya bahwa perdebatan mereka didengarkan oleh Yesus. Itulah sebabnya mereka terdiam, tidak ada satu pun yang menjawab saat Yesus bertanya apa yang mereka perdebatkan. Entah kenapa mereka diam saja, malukah, sungkankah, atau tidak berani menjawab pertanyaan Yesus.

Namun Yesus tahu mereka sedang memperdebatkan siapa yang terbesar di antara mereka. Dan respons Yesus pastilah mencengangkan mereka: Siapa mau jadi yang pertama, jadilah terakhir dari semuanya. Apa maksudnya? Bukankah terakhir ya terakhir, pertama ya pertama. Pelari yang masuk pertama garis finis tetap menjadi yang pertama, pelari yang masuk terakhir tetap menjadi yang terakhir.Yang pertamalah yang menerima mahkota, bukan yang terakhir.

Cara untuk menjadi yang pertama seperti diajarkan Yesus, memang berbeda dengan kultur dunia saat itu. Kultur dunia menanamkan pemahaman menjadi pertama berarti menjadi orang yang paling berkuasa, pejabat, pengusaha yang kaya. Pada prinsipnya tanda bahwa seseorang menjadi orang pertama, atau orang besar, ia selalu dilayani, ia mempunyai banyak pelayan atau budak.

Akan tetapi, Yesus justru membalikkan pemahaman semacam itu. Mau jadi pertama, jadilah pelayan atau abdi dari semuanya. Tak kebetulan juga, Yesus kemudian memeluk seorang anak kecil dan mengatakan: Siapa saja yang menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Apa maksud Yesus? Seorang anak pada masa itu adalah sosok yang tak begitu diperhitungkan dan diberi tempat oleh masyarakat. Anak semacam ini mewakili orang-orang yang lemah, tak berdaya, dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat, yang kerapkali tidak menerima pertolongan atau bantuan dari masyarakat.

Mau jadi yang pertama dan terbesar? Jadilah abdi atau pelayan bagi mereka. Tidak ada yang mau memperhatikan dan menolong mereka saat mereka membutuhkan pertolongan. Mau jadi yang pertama dan terbesar? Berpikir dan bertindaklah dulu untuk menolong dan membantu kelompok ini, bukan sebaliknya berpikir untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan atau jabatan demi kepentingan sendiri. Mengutip suatu judul film, cara Yesus memang: Agak Laen.

Amin.

Media: GKJ-N/No.04/09/2024

Oleh: Pdt. Dr. Agus Hendratmo

Share