IMAN MENGANDALKAN PERTOLONGAN YESUS (MARKUS 4: 35-41)
”Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Markus 4: 40)
Iman Mengandalkan Pertolongan Yesus
Suatu malam, seorang wanita datang menceritakan kesaksian hidupnya kepada saya. Setelah berkomitmen untuk mengikuti Kristus, kehidupannya justru semakin ditimpa oleh masalah yang bertubi-tubi. Dirinya sempat dibenci dan ditinggal keluarganya, anaknya harus bergumul dengan berbagai proses pemulihan atas sakit yang diderita sejak lahir, hampir mengalami keretakan dalam membangun bahtera rumah tangga karena suami yang tidak setia, dan keadaan ekonomi keluarga yang semakin memburuk. Menjadi suatu hal yang luar biasa ketika bukan keluhan yang ia lontarkan, melainkan di akhir kesaksiannya, beliau mengatakan bahwa Tuhan Yesus sangat baik dalam bekerja memberi kelegaan atas semua seruan minta tolong di setiap situasi sulit yang dihadapinya. Secara tegas ia berkata bahwa pergumulannya adalah cara Tuhan untuk semakin mendekatkan dirinya melalui imannya kepada Tuhan.
Ketika orang-orang percaya berkomitmen untuk hidup dalam Kristus, berusaha untuk menaati ajaran-ajaran Kristus atau berusaha untuk melakukan kebenaran, bukan berarti bahwa kehidupan kita akan terhindar dari berbagai pergumulan. Justru, kita diminta untuk masuk melewati persoalan sebagai tantangan yang membentuk dan menguatkan sikap iman kita kepada Tuhan.
Hal ini juga yang dikehendaki Yesus ketika para murid-Nya diperhadapkan dengan badai angin dan ombak dalam Injil Markus 4 : 35 – 41. Injil mengatakan disaat badai itu datang, Yesus sedang tidur di buritan atau bagian belakang perahu. Kita percaya bahwa Yesus tidak benar-benar tertidur. Ia tidur untuk melihat iman murid-murid-Nya dan mendorong mereka untuk meminta doa pertolongan kepada Allah. Jadi ketika kita merasa bahwa Kristus tertidur dan diam dalam setiap masalah kita, sesungguhnya Ia tidak pernah tertidur).
Ia menjadikan masa hening tersebut untuk membentuk iman kita menjadi iman yang terus bertumbuh dan menyala dari titik cahaya kecil sampai pada terang yang mampu menyinari seisi ruangan.
Dalam ayat 39, Yesus pada akhirnya terbangun dan menghardik badai tersebut. Ia terbangun bukan karena badai, tetapi karena hati-Nya tergerak oleh seruan murid-murid-Nya yang telah berupaya agar perahu yang ditumpangi tidak terbalik dan tenggelam. Walaupun seruan mereka mengecewakan hati Yesus oleh karena tidak memiliki kepercayaan dan memandang salah terhadap diri Yesus, tetapi karena kelemahlembutan kasih-Nya, Ia tetap menyertai mereka ketika mereka membutuhkan pertolongan.
Hal ini menyiratkan kepada kita untuk tidak berjalan pada pemahaman dan kekuatan diri sendiri, melainkan mata kita harus tetap tertuju pada kuasa Kristus. Kita harus mencari Yesus, seperti murid-murid yang mencari dan membangunkan-Nya, tetapi bukan untuk mempertanyakan keberadaan Kristus dan mempersalahkan-Nya, melainkan mencari Kristus untuk mengandalkan pertolongan-Nya.
Mari berpegang teguh dengan menjadikan badai hidup sebagai perjalanan pertumbuhan iman kita kepada Tuhan. Biarkan iman kita yang berbicara untuk terus mengandalkan pertolongan dari pada-Nya, sebab hati Tuhan yang lemah lembut selalu tergerak oleh seruan mereka yang sedang menghadapi badai kehidupan.
Amin.
Media: GKJ-N/No.04/06/2024
Oleh: Merdekawati Solannia Mansula