JANGAN MEMBEDAKAN ORANG! (YAKOBUS 2: 1-13)
”Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Tuhan kita Yesus Kristus yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.”
(Yakobus 2: 1, TB2)
Jangan Membedakan Orang!
Sejak kecil, tampaknya, kita sudah belajar membedakan orang atau dibedakan oleh orang. Saya ingat waktu kecil, saya tidak tahu alasannya, ada beberapa kejadian kalau mau main dengan anak-anak yang lebih dewasa sering tidak boleh. Atau bahkan dalam pergaulan sehari -hari di kampung atau sekolah, saya ingat waktu kecil kita membentuk kelompok teman sepermainan sendiri yang membedakan dengan kelompok lainnya, misal karena kesukaan sepakbola atau bulu tangkis. Sejak kecil saya juga melihat ada tetangga (jauh) yang banci yang kadang digoda atau dijahilin oleh anak-anak, seakan-akan si banci ini merupakan sosok yang aneh bagi mereka. Saya sendiri tidak pernah menganggap aneh dan tidak pernah mau menjahilin orang banci tersebut. Dalam berbagai kesempatan, saya malah bisa ngobrol dengan dia biasa-biasa saja. Yang paling saya syukuri di masa kecil saya adalah saya tidak pernah merasa dibedakan atau didiskriminasikan karena agama saya, betapapun saya hidup dalam lingkunngan keluarga dan tetangga yang mayoritas berbeda agama dengan saya.
Rasul Yakobus menasihatkan satu nilai kristiani yang sangat penting: janganlah iman diamalkan dengan memandang muka. Kata “memandang muka”, berasal dari bahasa Yunani prosopo lempsia, yang secara harfiah berarti menengadahkan muka. Kata ini bermakna: memperlihatkan sikap yang pilih kasih, membeda-bedakan orang secara tidak adil berdasarkan status sosial, kuasa, kekayaan, dsb.(Barclay 2010, 99-100). Mengapa Rasul Yakobus sampai menasihatkan hal ini? Bisa jadi karena jemaat Kristen waktu itu sudah banyak tergoda untuk bersikap memandang muka. Rasul Yakobus menegur perlakuan diskriminatif antara jemaat kaya dan miskin. Jemaaat kaya harus selalu disediakan tempat dalam ibadah, bahkan jika perlu menggeser atau mengganti jemaat miskin yang sudah terlebih dahulu datang. Perlakuan semacam ini bagi Rasul Yakobus sama saja bertindak sebagai hakim yang punya pikiran jahat (ayat 4).
Jadi, bagi Rasul Yakobus, sikap memandang muka, sikap membedakan orang secara diskriminatif sungguh tidak memancarkan nilai-nilai kristiani. Bahkan dikatakan, siapa pun yang bertindak memandang muka, telah berdosa di hadapan Tuhan. (ayat 9). Bersikap diskriminatif bukan sekadar penyimpangan hidup sosial-bermasyarakat, melainkan juga penyimpangan dari kebenaran dan kehendak Allah.
Salah satu keteladanan utama yang diajarkan Yesus, dan tetap digemakan oleh para rasul-Nya, termasuk rasul Yakobus adalah sikap Yesus yang tidak diskriminatif. Itulah sebabnya siapa pun bisa datang menjadi pengikut Yesus: kaya-miskin, tua-muda, laki-perempuan, tuan-hamba, dengan penuh rasa dikasihi dan diterima kemanusiaannya. Mari kita selalu hidup dalam spiritualitas: tidak memandang muka sesama kita dalam Tuhan.
Amin.
Media: GKJ-N/No.02/09/2024
Oleh: Pdt. Dr. Agus Hendratmo