JANGAN MUNAFIK, BARUILAH HIDUPMU! (MARKUS 7: 1-8)

”…Tepatlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik…Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari Aku.”
(Markus 7: 6, TB2)

Jangan Munafik, Baruilah Hidupmu!

Siapa yang pertama-tama tahu seseorang itu munafik? Orang lainkah? Tidak, orang lain bisa terkecoh. Penampakan luar seseorang (entah itu tampilan fisik atau sikap hidup) bisa memperdaya. Bahkan sesungguhnya, banyak orang munafik berusaha menutupi kemunafikan mereka dengan sebaik-baiknya. Mereka akan berupaya supaya citra mereka yang dikenal publik adalah citra yang baik, bukan citra munafik. Jadi pada dasarnya, diri pribadilah yang tahu bahwa ia sesungguhnya seorang munafik. Akan tetapi, tentu saja ada orang-orang yang memang bisa kasat mata terlihat sebagai orang munafik. Di depan teman-teman gerejanya, ia fasih bicara tentang kasih, namun di depan karyawannya, tak sungkan-sungkan ia membentak dan memarahi karyawannya. Di depan jemaat, terlihat sayang dengan istri/suami, namun ketika berada di rumah, hinaan dan caci maki menjadi ujaran sehari-hari.

Salah satu contoh kemunafikan terjadi saat orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mempertanyakan kelakuan beberapa orang murid Yesus yang makan dengan tangan yang tidak dibasuh lebih dulu. Mereka bertanya: Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis? Pertanyaan ini bisa muncul karena memang para Farisi dan para ahli Taurat merupakan orang-orang yang memposisikan diri mereka sebagai penjaga hukum Taurat.

Dalam menjaga dan menafsirkan hukum Taurat tersebut, mereka bahkan bisa menambahkan peraturan (adat istiadat) yang mereka anggap perlu. Mereka juga tidak segan-segan menegur setiap orang yang dianggap mengabaikan peraturan atau adat istiadat tersebut.

Yesus tahu bahwa orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat punya perhatian yang besar pada hukum Taurat. Mereka adalah golongan orang yang ingin bisa melaksanakan hukum Taurat sesempurna mungkin. Namun Yesus juga tahu bahwa mereka bermuka dua. Sering mereka terlihat sebagai orang yang begitu saleh, padahal sebenarnya hati mereka penuh kepalsuan dan kejahatan. Itulah sebabnya, Yesus berseru pada mereka:” …kamu, hai orang-orang munafik,…memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari Aku.” Yesus seakan-akan hendak bersabda: Lihatlah dulu dirimu sendiri, lihatlah dulu ke dalam hatimu sendiri, apakah hatimu sungguh dekat pada Allah atau justru menjauh dari Allah.

Ayo, kita perbarui hidup kita, kita lihat kedalaman hati kita sendiri, yang barangkali tidak diketahui orang lain, apakah kita memang ingiin hidup dekat dengan Allah, atau pura-pura hidup dekat Allah sebagai orang munafik. Ingat, kita bisa membohongi orang lain agar terlihat sebagai orang baik dan saleh, namun kita tidak bisa membohongi diri kita sendiri dan Tuhan. Janganlah kita mau diri kita menjadi orang yang munafik!

Amin.

Media: GKJ-N/No.01/09/2024

Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.

Share