KEKANGLAH LIDAHMU! (YAKOBUS 3:1-12)
”Dengan lidah kita memuji Tuhan dan Bapa kita, dengan lidah juga kita mengutuk manusia…dari mulut yang sama keluar berkat dan kutuk…”.
(Yakobus 3: 9-10, TB2)
Kekanglah Lidahmu!
Saat ini, apa yang begitu saja kita biarkan menjadi pengajar kita, sehingga kita menjadi terbiasa dengan ucapan atau ujaran negatif, kebencian, dan permusuhan? Jawabannya adalah medsos, media sosial. Di kolom komentar medsos, kita sering membaca banyaknya ujaran kebencian dan permusuhan. Hinaan, celaan, dan caci maki bahkan secara gamblang sering muncul di tayangannya, bukan sekadar baris-baris komentar yang dituliskan. Sesuatu yang sulit untuk kita bayangkan terjadi sebelum era medsos sekarang ini.
Mungkin banyak orang masih tergoda untuk meremehkan hal-hal semacam ini. Toh semua itu hanya di medsos, bukan di dunia nyata. Ternyata tidak juga. Ujaran-ujaran kebencian dan permusuhan itu juga terjadi di acara-acara tatap muka, yang kemudian diunggah ke media sosial. Terlebih, apa yang terjadi di dunia medsos bisa sangat besar pengaruhnya di dunia nyata. Seseorang yang menghina dan menggoblok-goblokan orang lain di dunia medsos bisa memantik para follower-nya melakukan tindakan yang serupa, menciptakan efek yang lebih besar.
Rasul Yakobus sudah mengingatkan bahayanya umat jika gagal dalam mengelola lidah. Lidah yang saat itu dipahami sebagai ornamen penghasil suara,terkadang ternyata juga gagal dikelola oleh orang-orang percaya. Ucapan yang keluar dari lidah seseorang tidak lagi punya dampak yang mendatangkan berkat, namun juga bernada kutuk. Ini tentu menjadi permasalahan besar bagi orang-orang Kristen baik Orang Kristen Yahudi atau orang Kristen bangsa-bangsa lain. Terlebih, orang-orang Kristen yang berlatar belakang agama Yahudi sebenarnya sudah terbiasa dan diajarkan untuk setiap harinya mengeluarkan ujaran yang mendatangkan berkat. Bagi orang Yahudi, setiap kali nama Allah disebut, ia akan menyambut dengan seruan: Diberkatilah Dia (Barclay 2010, 144). Namun entah bagaimana, mereka mulai terbiasa dengan kata-kata kutuk yang mereka ucapkan bagi sesama mereka. Bagi Rasul Yakobus, hal semacam ini tidak boleh terjadi: mata air yang sama tidak memancarkan dua jenis air yang berbeda, tawar dan pahit (ayat 11). Umat Kristen harus belajar mengekang atau mengendalikan lidahnya.
Dalam dunia sekarang, mengekang atau mengendalikan lidah agar keluar perkataan yang membawa berkat dan bukan kutuk, mesti terwujud bukan sekadar pada apa yang kita ucapkan secara lisan namun juga secara tulisan. Dan salah satu tantangan besar adalah menyikapi medsos secara bijak. Di satu sisi, memang ada manfaat kehadiran medsos, namun di sisi lain memang ada luka-luka yang bisa ditimbulkan. Sudah banyak cerita, perdebatan atau perselisihan di medsos, katakanlah di WAG, memakan korban. Persaudaraan dan persahabatan menjadi rusak gara-gara komentar atau tanggapan atau bahkan sesuatu yang sekadar dikirim ulang di WAG tersebut.Jadi, mari, kita sungguh-sungguh belajar mengekang lidah supaya menjadi berkat.
Amin.
Media: GKJ-N/No.03/09/2024
Oleh: Pdt. Dr. Agus Hendratmo