Kelegaan Hidup Sebagai Anak-anak Allah (Roma 8: 12-17)

Renungan Minggu 19 Juli 2020

KELEGAAN HIDUP SEBAGAI ANAK-ANAK ALLAH (Roma 8: 12-17)

“Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.”
(Roma 8: 16)

Dipimpin oleh : Pdt. Agus Hendratmo, M.Th

Dalam studi psikologi, kita mengenal istilah sindrom anak manja (spoiled child syndrome).
Apa maksud istilah ini?
Istilah ini menunjuk pada anak-anak yang dalam tumbuh kembangnya, sudah menampakkan beberapa tanda atau gejala menjadi anak-anak manja. Sebenarnya, dalam batas tertentu, anak menjadi manja itu normal.
Bahkan kemanjaan ini sudah diperlihatkan sejak mereka masih bayi.
Namun demikian, jika kemudian anak tumbuh terus-menerus dalam kemanjaan (tentu saja terus-menerus manja menyebabkan  menjadi berlebihan), pada akhirnya justru akan merugikan anak itu sendiri secara fisik, psikis, dan spiritual.

Dalam surat Rasul Paulus yang kita baca dan terima saat ini, Rasul Paulus mengatakan bahwa: Semua orang, yang dipimpin oleh Roh Allah, adalah anak Allah (ayat14). Semua orang adalah anak Allah.
Apakah kita, orang-orang Kristen yang hidup di zaman sekarang juga bisa disebut anak-anak Allah?
Bisa! Namun perhatikan juga keterangan tambahannya: Semua orang,  yang dipimpin Roh Allah. Jadi bukan semua orang begitu saja, melainkan semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah.

Rasul Paulus, melanjutkan perkataannya di ayat 17: Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah…,  siapa pun yang menjadi ahli waris, pada akhirnya akan menerima warisan tersebut. Misalnya, ada seseorang yang menjadi ahli waris hotel-hotel milih ayahnya, suatu saat hotel-hotel itu akan diterimanya sebagai warisan ayahnya. Anak-anak Allah adalah ahli waris juga. Anak-anak Allah pada akhirnya akan menerima warisan dari Sang Bapa, janji-janji Sang Bapa yang akan digenapi untuk anak-anak-Nya.

Namun demikian, perkataan Rasul Paulus selanjutnya di ayat 17 ini, sangat penting untuk diperhatikan: “…yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.“ Ahli waris tidak begitu saja menerima warisan itu, yaitu jika kita…Maksudnya adalah: ada partisipasi dan tanggung jawab yang harus diwujudkan sebagai anak-anak Allah dan ahli waris janji-janji Sang Bapa.
Tanpa partisipasi dan tanggung jawab untuk ikut serta dalam kehendak Sang Bapa melalui hidup dan karya Kristus, janji-janji Sang Bapa bisa saja  tidak terwujud dalam kehidupan anak-anak-Nya.
Itulah sebabnya kita tidak boleh menjadi anak-anak Allah yang manja. Jangan biarkan diri kita terpapar sindrom anak manja sehingga menyebabkan kita menjadi anak-anak Allah yang manja. Amin.

 

Renungan oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.

Share