Renungan Minggu 18 Oktober 2020
KELUARGA YANG MENJADI TELADAN (I Tesalonika 1: 1-10)
“sehingga kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya”
(I Tesalonika 1: 7)”
Dipimpin oleh : Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th
KELUARGA YANG MENJADI TELADAN
Anak–anak belajar dengan meniru.
Mereka akan melakukan apa yang mereka lihat dari kedua orang tua mereka.
Orang tua sering marah-marah di rumah, anak-anak juga akan meniru marah-marah di rumah.
Orang tua suka memberi pertolongan pada orang lain, anak-anak juga akan meniru suka memberi pertolongan pada orang lain.
Proses meniru ini dimungkinkan karena setiap orang memiliki serangkaian saraf cermin (mirror neurons), yang terletak di korteks premotor otak manusia yang bertanggung jawab untuk proses imitasi terhadap orang lain.
Ide tentang keteladanan tidak lepas dari proses peniruan semacam ini. Ada sosok yang bisa menjadi teladan, sosok yang patut ditiru atau dijadikan contoh dalam menjalani kehidupan ini. Setiap orang dalam perjalanan hidupnya perlu bertumbuh dengan belajar dari orang-orang lainnya yang bisa menjadi sumber keteladanan.
Rasul Paulus bersyukur atas keberadaan jemaat Kristen di kota Tesalonika. Dalam kehidupan dan pelayanan mereka, mereka bisa menjadi teladan yang baik bagi sesamanya. “Kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan,” demikian kata Rasul Paulus.
Dengan kata lain, jemaat Kristen Tesalonika telah meneladan Rasul Paulus dan Tuhan Yesus dalam kehidupan jemaat mereka. Dalam hal apa mereka meneladan Rasul Paulus? Dalam hal pekerjaan iman, usaha kasih, dan ketekunan pengharapan kepada Tuhan Yesus Kristus. Iman, pengharapan, dan kasih terpadu dengan baik dalam kehidupan orang-orang percaya di Tesalonika.
Proses meneladan yang baik ini menyebabkan mereka bisa menjadi teladan yang baik juga bagi sesamanya. Teladan yang baik ini ditiru oleh jemaat-jemaat Kristen di wilayah Makedonia dan Akhaya. Terjadilah penyebaran keteladanan satu dengan yang lain, bahkan pada akhirnya tidak terbatas pada wilayah Makedonia dan Akhaya, tetapi juga wilayah-wilayah lainnya.
Setiap keluarga Kristen diundang untuk mengolah keteladanan iman, pengharapan, dan kasih dalam Kristus.Tentu tidak selalu mudah menjadi teladan. Ketika orang tua ingin menjadi teladan dalam kasih, mau tidak mau orang tua sendiri harus mewujudkan kasih itu.
Jika orang tua ingin anak-anaknya bisa meminta maaf jika bersalah, orang tua sendiri juga harus memulai memberi teladan minta maaf ketika bersalah.
Jika orang tua tidak ingin anaknya menjadi pembohong, orang tua sendiri harus meneladani (memberi teladan) anak-anaknya, dengan tidak mau berbohong kepada mereka. Dengan meneladan, kita akan bisa meneladani.
Amin.
Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.