KELUARGAKU BERSYUKUR ATAS KEBAIKAN TUHAN
(BRAYAT KULA CAOS SYUKUR AWIT KABECIKANIPUN GUSTI)
(MAZMUR 34: 2-9)

”Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN!
Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!”
(Mazmur 34: 9, TB2)

Keluargaku Bersyukur Atas Kebaikan TUHAN
(Brayat Kula Caos Syukur Awit Kabecikanipun GUSTI)
(Mazmur 34: 2-9)

Kapan terakhir kali keluarga kita bersyukur pada Tuhan? “Ah, sudah lama pak.” “Minggu lalu, kami sekeluarga bersyukur pada Tuhan pak saat makan malam bersama.” “Kami tidak pernah bersyukur sebagai keluarga pak, paling masing-masing pribadi kami saja yang bersyukur.” Barangkali akan ada beragam jawaban atas pertanyaan tersebut. Ada keluarga yang memang menyediakan waktu untuk bersyukur pada Tuhan, ada juga keluarga yang tampaknya tidak terlalu peduli memikirkan hal semacam ini.

Apa penyebab yang biasanya menghalangi keluarga untuk bersyukur pada Tuhan? Bisa bermacam-macam. Ada keluarga yang tidak bisa bersyukur karena merasa tidak menerima kebaikan Tuhan seperti yang diminta atau diharapkan. Mereka merasa Tuhan tidak pernah mendengar dan mengabulkan doa mereka, jadi untuk apa mereka bersyukur pada Tuhan. Ada juga keluarga yang tidak bisa bersyukur pada Tuhan karena keluarga mereka sedang menghadapi masalah. Konflik atau pertengkaran yang terjadi dalam keluarga mereka menjadi penghambat bagi mereka untuk berucap syukur pada Tuhan.

Mazmur 34 ini adalah mazmur syukur. Sang pemazmur menyatakan syukur atas pemeliharaan Allah dalam hidupnya. Ada situasi penderitaan bahkan bahaya yang dialami sang pemazmur. Sang pemazmur tertindas, barangkali karena situasi sosial-politik yang dihadapinya. Di ayat 1 dijelaskan, sang pemazmur harus berpura-pura menjadi orang yang tidak waras. Namun demikian, penderitaan dan bahaya tersebut segera berlalu karena kebaikan Tuhan yang diberikan kepadanya. Di ayat 7 dikatakan Tuhan telah mendengar seruan orang yang tertindas ini dan menyelamatkannya dari segala kesesakannya.

Pertolongan Tuhan ini jelas sangat mendalam dialami oleh pemazmur secara personal. Namun demikian, ia meyakini bahwa semua umat-Nya juga bisa mengalami kebaikan Allah ini juga secara personal. Penggunaan panca indera untuk mengungkapkan pengalaman menerima kebaikan Tuhan menegaskan bahwa kebaikan Tuhan ini bisa diterima oleh siapa saja secara personal. Kata sang pemazmur: Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan!

Saya yakin, setiap keluarga Kristen dilimpahi dengan beragam kebaikan Tuhan dalam hidup keluarga mereka. Bahkan rasa-rasanya kita tidak akan bisa menghitung limpahan kebaikan Tuhan itu, sehingga tidak ada alasan untuk tidak bersyukur pada Tuhan. Kita sering tidak berucap syukur pada Tuhan, karena kita begitu saja menyamakan kebaikan Tuhan dengan terkabulnya doa kita. Kalau doa terkabul, kita anggap Tuhan itu baik. Kalau tidak terkabul, Tuhan itu tidak baik. Ingat, Tuhan itu selalu baik pada kita, entah doa kita terkabul atau tidak. Oleh sebab itu, jangan lupa bersyukur ya! Kebaikan-Nya berlimpah dalam hidup kita.

Amin.

Media: GKJ-N/No.04/10/2024

Oleh: Pdt. Dr. Agus Hendratmo

Share