KELUARGAKU SIAP MELAYANI TUHAN
(MARKUS 10: 35-45)

”Tidaklah demikian di antara kamu. Siapa saja yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.”
(Markus 10: 43, TB2
)

Keluargaku Siap Melayani Tuhan

Maukah kamu jadi pelayan? Eh, tunggu dulu apa yang dimaksud dengan pelayan. Kata “pelayan” secara harfiah masih memiliki arti yang negatif. Di KBBI (versi digital), pelayan berarti pembantu, atau pesuruh. Oleh sebab itu, tidak mengherankan banyak orang tidak mau hanya jadi pembantu atau pesuruh. Kalau bisa menjadi orang yang menyuruh-nyuruh, mengapa harus menjadi orang yang disuruh-suruh? Demikian juga pada zaman Yesus, kata “pelayan” juga memiliki arti yang negatif. Pelayan (Yun.: diakonos) mengacu pada pelayan di meja, yakni para pelayan yang menyiapkan makanan dan minuman di meja untuk tuannya atau tamu-tamu tuannya. Para pelayan adalah orang-orang yang waktu itu memiliki tingkat sosial yang rendah.

Itulah sebabnya, sabda Yesus saat itu bisa jadi sangat membingungkan para murid. Apa yang terjadi saat itu? Kesepuluh murid Yesus marah pada Yakobus dan Yohanes. Tanpa basa-basi, tanpa tenggang rasa dengan mereka, Yakobus dan Yohanes meminta pada Yesus agar bisa mendapat kursi kekuasaan yang utama di kerajaan Yesus nantinya, yakni kursi di sebelah kanan dan kiri Yesus. Respons Yesuster terhadap pertengkaran kedua belas murid tersebut adalah: siapa ingin menjadi besar, jadilah pelayan, bukan tuan. Mendengar jawaban Yesus ini, pasti membingungkan mereka. Terlebih Yesus masih meneruskan perkataan-Nya: mau jadi yang pertama, jadilah hamba untuk semuanya. Kata hamba (Yun.: doulus) di sini berarti budak. Tingkat sosial budak jauh lebih rendah dari pelayan. “Haa…kami mau jadi penguasa, kok malah diminta jadi pelayan dan budak”, demikian barangkali kekagetan para murid.

Itulah gaya tutur Yesus yang unik untuk mengajak mereka memurnikan motivasi mereka sendiri dalam mengikuti Yesus. Yesus paham banyak murid-Nya mengikuti Dia dengan motivasi yang beragam. Banyak murid masih tergoda untuk hanya berorientasi pada apa yang bisa mereka dapatkan dari Yesus. Mereka sudah ikut Yesus, bahkan sudah melepaskan segala-galanya. Mereka tentu saja harus dapat imbalan yang lebih baik atau besar dibandingkan apa yang sudah mereka tinggalkan untuk mengikuti Yesus.

Sabda Yesus, jadilah pelayan, jadillah hamba dengan sengaja mengajak para murid untuk mengubah mindset mereka: keberadaan mereka adalah keberadaan untuk melayani. Mereka mengikut Yesus untuk melayani Tuhan. Mereka mengikut Yesus untuk melayani sesama. Bukan maksud Yesus agar semua yang percaya dan mengikut Dia menjadi budak dan pelayan meja makan dalam arti harfiah.Mksud-Nya adalah semua mengarahkan diri bukan demi kepentingan sendiri, melainkan kepentingan pihak lain, yakni Tuhan dan sesama. Dalam hidup keluarga juga berlaku demikian, kita bisa saja saling melayani diri sendiri, namun kita juga diajak untuk mengarahkan hidup keluarga kita untuk bisa melayani Tuhan dan sesama.

Amin.

Media: GKJ-N/No.03/10/2024

Oleh: Pdt. Dr. Agus Hendratmo