KERAJAAN-KU BUKAN DARI DUNIA INI
(KRATON KULA MBOTEN SAKING DONYA NGRIKI)
(YOHANES 18: 33-37)
”Jawab Yesus,”Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini. Jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan,…”
(Yohanes 18: 36, TB2)
Kerajaan-Ku Bukan Dari Dunia Ini
Menjadi orang berbeda dengan lingkungannya memang tidak mudah. Banyak orang lebih suka dilihat sebagai orang yang sama atau lebur dengan lingkungannya. Berbeda kadang bisa memunculkan masalah. Seseorang yang bertingkah laku beda dengan lingkungannya, sering dianggap orang aneh, nyentrik, bahkan orang sinting. Padahal belum tentu, orang yang beda itu bertindak salah atau amoral.
Yesus saat itu sedang menghadapi pengadilan Pontius Pilatus. Pontius Pilatus harus mengadili Yesus, karena Yesus dibawa oleh para imam dan orang-orang kebanyakan yang menuntut agar Yesus mendapat hukuman dari Pontius Pilatus. Tuntutan hukumannya pun tidak main-main: hukuman mati. Mereka membawa Yesus untuk diadili Pontius Pilatus karena mereka merasa tidak punya wewenang untuk menghukum mati Yesus (ayat 31).
Tentu harus ada dakwaan yang beralasan agar Yesus bisa dihukum mati. Salah satunya adalah jika seseorang menyatakan diri sebagai raja dan pernyataan ini dipakai untuk melawan pemerintah Romawi. Pemerintah Romawi tidak akan bersikap lunak terhadap siapapun yang punya potensi melawan mereka.Itulah sebabnya, Pilatus bertanya kepada Yesus, “Apakah Engkau raja orang Yahudi?” Jawaban Yesus sangat jelas,“Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini.” Ketika Pilatus mengejar lagi dengan pertanyaan: jadi Engkau adalah raja, Yesus mengatakan bahwa Pilatus sendiri telah mengakui bahwa Dia adalah raja.
Namun demikian, dalam percakapan Pilatus dan Yesus ini, tampak jelas bahwa kerajaan Yesus tidak sama dengan kerajaan (kekaisaran) Romawi. Kerajaan Yesus bukan dari dunia ini. Kerajaan Yesus tidak didasarkan pada kekuatan senjata dan tindakan kekerasan. Itulah sebabnya, seperti yang dikatakan Yesus, tidak ada para pengikut Yesus, yang melakukan perlawanan bersenjata ketika para pemuka agama Yahudi menangkap Yesus. Kerajaan Yesus tidak terkait dengan kekerasan, melainkan sangat terkait dengan kebenaran Allah yang berlaku atas dunia ini.
Yesus adalah Raja, namun demikian bukan seperti raja/kaisar pada umumnya, yang dipahami oleh mayoritas orang pada waktu itu. Raja/kaisar saat itu menegakkan kerajaannya dengan perang dan penaklukan. Yesus berbeda. Ia berbeda dari kebanyakan raja/kaisar waktu itu. Yesus menegakkan kerajaan Allah dengan kasih dan pelayanan.
Dalam dunia kita sekarang ini, yang masih menonjolkan “bahasa” kebencian, kekerasan dan perang, para pengikut Yesus dipanggil untuk mewujudkan bahasa berbeda, yakni bahasa Kerajaan Allah, bukan kerajaan dunia, yaitu bahasa kasih, persaudaraan, dan nirkekerasan. Jadi jika orang banyak memakai bahasa sumpah serapah, kutuk, kita tidak mau mengikuti mereka. Kita punya bahasa sendiri: bukan sumpah serapah melainkan pengampunan, bukan kutuk melainkan kasih dan berkat.
Amin.
Media: GKJ-N/No.04/11/2024
Oleh: Pdt. Dr. Agus Hendratmo