MENJADI WARGA NEGARA YANG MELAKUKAN TITAH-NYA DENGAN BENAR DAN JUJUR (MAZMUR 111: 1-10)
”Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh, kokoh untuk seterusnya dan selamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran.”
(Mazmur 111: 7-8, TB2)
Menjadi Warga Negara Yang Melakukan Titah-Nya Dengan Benar dan Jujur
Ada kecenderungan orang menganggap biasa melanggar aturan atau hukum yang berlaku. Contoh yang kerap kita jumpai adalah pelanggaran aturan lalu lintas. Lampu merah dilanggar, ambil jalan yang berlawanan arus, tidak peduli aturan ganjil-genap. Tentu ada banyak contoh lain yang bisa disebutkan di sini, termasuk oknum pejabat pemerintah yang dengan enaknya merasa kebal hukum sehingga berani mempermainkan hukum yang ada.
Kebenaran dan kejujuran penting dalam karya pemeliharaan Allah atas umat-Nya. Karya Allah terwujud dalam kebenaran dan keadilan-Nya. Dan ini sangat disadari oleh sang pemazmur. Ia mengucap syukur dan mengingat selalu karya atau perbuatan Allah yang adil dan benar. Tanpa kebenaran dan keadilan Allah, umat tidak akan merasakan pembebasan mereka dari perbudakan Mesir, dan pimpinan-Nya memasuki ke tanah yang dijanjikan.
Kita tahu, kembali memakai gambaran di awal tadi, banyak orang takut melanggar aturan lalu lintas jika ada polisi yang berjaga. Bahkan saya sering lihat, banyak pemotor putar balik ketika melihat ada polisi lalu lintas sedang mengadakan operasi tilang. Banyak orang berani korupsi karena merasa tidak ada yang melihat. Barangkali koruptor ini juga tidak percaya Tuhan mengetahui apa yang mereka perbuat. Tentu semacam ini tidak menggambarkan hikmat Allah.
Apakah orang jujur akan ajur, seperti ungkapan yang kita dengar sing jujur ajur? Tidak! Kita lihat saja yang tidak jujur, para koruptor sudah banyak yang ditangkap, sedangkan mereka yang bekerja dengan benar dan jujur menikmati hidup dalam kebersamaan dengan keluarga.
Kita tidak perlu pesimis dengan nilai-nilai kebenaran dan kejujuran, betapapun kita melihat banyak orang mempermainkan kebenaran dan kejujuran dalam hidup ini. Kita tidak mau menjadi warga negara yang hanyut dalam dorongan ketidakbenaran dan ketidakjujuran. Ingatlah, betapapun tidak ada seorangpun yang mengetahui perilaku kita, tidak berarti kita mengubah watak benar dan jujur dalam hidup kita. Tetap lakukan titah-Nya, dengan hidup penuh kebenaran dan kejujuran.
Amin.
Media: GKJ-N/No.03/08/2024
Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.