PADA ALLAH TERLETAK KESELAMATANKU (MAZMUR 62:6-13)

”Pada Allah terletak keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku pada Allah.” (Mazmur 62: 8, TB2)

Pada Allah Terletak Keselamatanku

Ketika seseorang berhadapan dengan masalah hidup, yang diharapkan permasalahan itu segera dapat diselesaikannya. Tentu, pengharapan semacam ini wajar saja. Siapa sih yang tidak ingin masalah segera selesai? Kalau tidak cepat selesai malah bisa merambat ke mana-mana. Namun demikian, seseorang bisa menjadi lupa bahkan panik, jika tujuannya hanya agar masalah cepat selesai. Ia bisa lupa dan panik sehingga menghalalkan segala cara agar masalah hidupnya cepat selesai, tidak lagi peduli cara-cara yang ditempuhnya bertentangan dengan kehendak Tuhan.

Sang pemazmur mengajak kita agar tidak panik ketika berhadapan dengan permasalahan hidup. Permasalahan hidup pastilah bisa datang silih berganti. Tidak ada seorang pun yang kebal terhadap permasalahan hidup. Siapapun yang masih hidup di dunia ini bisa berjumpa dengan permasalahan hidupnya. Ketika seseorang menjadi panik, ia akan mudah mengambil jalan yang keliru, tanpa pikir panjang, jalan yang ternyata membawa jauh dari Tuhan. Orang yang panik, mudah tergoda untuk melupakan jalan Tuhan. Lupa bahwa Tuhan tetap bisa menjadi andalan dalam permasalahan hidup yang dihadapi umat-Nya.

Sang pemazmur mengajak umat untuk tetap mengandalkan dan memercayakan hidup pada Tuhan. Dengan lugas, sang pemazmur meneguhkan keyakinan ini dengan bahasa puitis: Allah adalah gunung batuku, Allah adalah kota bentengku. Pada masa itu, gunung batu menjadi tempat perlindungan jika ada banjir atau gempa. Benteng juga menjadi tempat aman bagi para penghuninya, terutama jika harus menghadapi ancaman musuh atau hewan liar. Itulah sebabnya, hanya pada Allah-lah terletak keselamatan umat, bukan pada dewa-dewa atau berhala-berhala dunia.

Ketika masalah datang, sang pemazmur memberikan nasihatnya: Berdiam diri di hadapan Allah saja, hai jiwaku (ayat 6). Berdiam diri bukanlah sikap pasif, tapi aktif. Berdiam diri berarti pasrah atau memasrahkan diri pada perlindungan dan pemeliharaan Allah. Berdiam diri itu tenang, tidak panik, tetap bertindak dan berpikir dengan jernih, tidak membiarkan kekalutan mengambil alih pikiran dan perbuatannya, melainkan tetap rileks, tidak goyah iman karena yakin pada Allah terletak keselamatan hidupnya.

Jadi, mari kita belajar tidak panik saat masalah datang dan tidak terhindarkan dalam hidup kita. Kepanikan tidak membantu menyelesaikan masalah, lebih sering menambah berat masalah yang sudah ada. Yakinlah seperti sang pemazmur, dalam situasi apapun kita tetap bisa mengandalkan Tuhan dalam kehidupan kita. Tenangkan jiwa kita, berdiam dirilah di hadapan Allah.

Amin.

Media: GKJ-N/No.03/01/2024

Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.

Share