PERJUANGAN BELUM SELESAI (PAMBUDIDAYA DERENG RAMPUNG) – (EFESUS 6: 10-20)
”Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis.”
(Efesus 6: 11, TB2)
Perjuangan Belum Selesai (Pambudidaya Dereng Rampung)
Kemerdekaan memang bukan sebuah akhir. Kemerdekaan bisa menjadi sebuah tujuan, tapi memang tidak pernah menjadi akhir. Kemerdekaan yang diperoleh, harus dipertanggungjawabkan dan diisi, dan justru di situlah perjuangan mengisi dan mempertanggungjawabkan kemerdekaan tidak akan berakhir.
Perjuangan bangsa dan negara Indonesia beserta rakyatnya, juga belum selesai. Pencapaian dan kemajuan yang luar biasa di bidang pembangunan fisik-material bahkan tidak akan bermakna jika tidak diikuti pembangunan mental-rohani-spiritual. Agak ironis memang, ketika Indonesia dikenal sebagai negara yang religius, namun tingkat kejahatan dan korupsi juga tergolong tinggi.
Rasul Paulus ketika menuliskan surat kepada jemaat di Efesus ini berada di penjara. Setiap saat ia berhadapan dengan penjaga penjara, dan bahkan tentara Roma dengan segala atribut yang dipakainya. Kita tidak tahu apakah Paulus sempat memikirkan kemungkinan kebebasannya dari penjara, namun yang jelas penjara yang mengkungkungnya tidak menghalanginya untuk tetap produktif menulis surat bagi umat Kristen di mana saja.
Keberadaan para penjaga atau tentara Romawi ini justru memberikan inspirasi bagi Paulus untuk menerangkan kondisi umat Kristen yang sebenarnya masih berada dalam peperangan spiritual. Seruan Paulus “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah” (ayat 11) menjadi sebuah tanda perjuangan umat yang belum selesai dikerjakan.
Rasul Paulus memakai gambaran perlengkapan senjata, yang biasanya dipakai tentara Romawi. Satu-persatu nama senjata disebutkannya dan diberi pengertian baru secara kristiani. Ikat pinggang, baju zirah, kasut, ketopong, dan pedang tidak lagi menjadi simbol kekerasan, namun pelayanan dan perjuangan hidup dalam kasih Tuhan. Kebenaran, keadilan, damai sejahtera, keselamatan, dan firman-Nya, menjadi “senjata” melawan roh-roh jahat yang memecah-belah kehidupan bersama.
Tampaknya Rasul Paulus memang mengajak umat di Efesus untuk tidak terlena dengan kuasa roh-roh jahat yang bisa menjadikan mereka gagal bertanggungjawab atas keselamatan yang telah mereka terima dari Tuhan. Seruan Paulus ini tidak perlu dipahami sebagai ketidakpedulian terhadap persoalan fisik-material yang dihadapi, misalnya pembangunan secara fisik gereja di Efesus. Seruan ini sesungguhnya merupakan penegasan apalah artinya kemajuan atau perkembangan fisik-material, jika orang Kristen tidak punya iman dan kehidupan spiritual yang baik? Perjuangan memang belum selesai, selama kita masih hidup, kita berjuang agar punya kehidupan iman/spiritual yang kuat dan teguh dalam Kristus.
Amin.
Media: GKJ-N/No.04/08/2024
Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.