Perjumpaan Dengan Anak Domba yang Menuntun ke Mata Air Kehidupan (Wahyu 7: 9-17)
“Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.”
(Wahyu 7: 17)
Setiap keluarga dalam kehidupan berjemaat kita pasti punya pergumulan dan tangisannya masing-masing. Baik kebutuhan hidup sehari-hari, studi anak-anak, pekerjaan dan atau dinas masing-masing, dalam menjalankan bisnis, juga soal sakit penyakit dan bahkan ditinggal untuk selamanya salah satu anggota keluarga yang kita kasihi. Di tiap perjalanan kesulitan dan air mata tersebut sesungguhnya kita mengalami perjumpaan-perjumpaan dengan Tuhan Allah. Penulis Kitab Wahyu (namanya disebut sebagai Yohanes) mengalami perjumpaan juga, lebih tepatnya dijumpai Allah melalui penglihatan yang menggambarkan keadaan akhir zaman dan sorga. Bahwa ada kumpulan besar orang dari segala bangsa diselamatkan karena iman mereka kepada Tuhan Yesus Kristus. Di ayat 15 dijabarkan mereka bersama-sama dengan Allah, bebas dari kesakitan dan dukacita. Pakaian mereka dicuci dalam darah Anak Domba / Darah Kristus, lalu menjadi putih! Tidak ada usaha manusia yang berguna untuk memperoleh pengampunan seperti yang ada dalam Kristus. Melalui pengorbanan Anak Domba Allah yang disalibkan, kita dituntun ke Mata Air Kehidupan, dan kesalahan dosa telah hilang.
Begitu pula air mata yang akan dihapus oleh Allah dari mata mereka, kesedihan sudah dilupakan dan diganti dengan sukacita. Allah menghapus segala air mata dari mata mereka yang keluar dari Kesusahan Besar. Baru dalam pasal 21 ayat 4 setelah “Kerajaan Seribu Tahun,” mereka yang setia akan lebih cepat menikmati berkat dari Tuhan Allah ini daripada orang percaya yang suam-suam kuku.
Mari setia dalam iman percaya, bahwa Tuhan Allah akan selalu memindahkan kita dari “air mata” kepada “Air Kehidupan” yaitu Kasih dan Keselamatan Kekal abadi. Penglihatan Yohanes meneguhkan hal tersebut, bahwa keadaan yang hina dan hancur yang sebelumnya menimpa mereka. Mereka telah melewati kesusahan besar. Jalan ke sorga melewati banyak kesusahan. Tetapi kesusahan tidak akan memisahkan kita dari kasih Allah. Segala air mata dengan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus telah dipersilakan ada, dipersiapkan prosesnya untuk kebahagiaan. Mari bersama menerima dan menikmati bahagia dalam Mata Air Kehidupan-Nya, setialah percaya dan melayani Allah dengan melayani serta berjuang membahagiakan sesama manusia. Akhirnya, berbahagialah para jemaat untuk kita membagikan Air Kehidupan tersebut kepada orang lain yang kini banyak sedang menangis, kesakitan, berduka, ketakutan, marah, saling membenci, saling curiga karena ketidakjujuran, namun khususnya juga kepada yang letih lesu hampir hilang pengharapan dan berbeban berat, yang miskin, haus dan lapar. Dalam refleksi teks kita Wahyu 7: 9-17 saat ini mari bahagia untuk menjadi alat terbebasnya mereka dari semua ketidaknyamanan hidup. Termasuk segala kelaparan dan haus: “Tidak menderita lapar dan dahaga lagi” dari makanan-minuman, tetapi juga akan Kebenaran. Begitu juga dari semua sakit penyakit: mereka tidak akan pernah tersengat “matahari atau panas terik lagi.” Baik penyakit jasmani maupun penyakit rohani, karena tekanan dan tipu muslihat kuasa jahat di tengah berbagai tantangan dan pergumulan hidup yang akan masih ada. Kita berjuang selalu memperjumpakakan kasih dan keselamatan Anak Domba Allah kepada semua orang dan air mata kita menjernihkan hati makin berbahagia bertumbuh dalam damai dan bimbingan Tuhan Yesus Kristus, sebab “Ia akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan.” Dari air mata menuju kebahagiaan air kehidupan. Amin.
Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.