SEISI RUMAH TELAH PERCAYA KEPADA ALLAH
(KISAH PARA RASUL 16: 19-34)
βLalu ia membawa mereka ke rumahnya dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah.β
(Kisah Para Rasul 16: 34)

Seisi Rumah Telah Percaya Kepada ALLAH
Ketika penjara tempat Paulus dan Silas ditahan, usai terguncang hebat oleh gempa, kepala penjara itu mengangkat pedangnya untuk dihujamkan ke dadanya, “Paulus berseru dengan suara nyaring, katanya: ‘Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!β Naskah Roma mengatakan bahwa kepala penjara itu dengan cepat “mengamankan para tawanan lainnya.” Lalu, “dengan gemetar [ketakutan],” ia berbalik kepada Paulus dan Silas dan tersungkur di hadapan mereka (bandingkan dan baca ayat 29).
Jiwanya tergoncang lebih keras dibandingkan dengan ruang penjara itu sendiri. Sebab ketika Paulus dan Silas diserahkan ke dalam pengawasannya, mereka itu dianggap sebagai gangguan kecil, penjahat kelas teri yang harus diberi pelajaran. Kini, pelbagai kejadian dramatis yang terjadi berturut-turut itu telah meyakinkan dia bahwa orang-orang ini dapat mengendalikan Kuasa yang lebih dahsyat daripada kuasa mana saja yang pernah ia ketahui.
Berikutnya di ayat 30 hingga 32, sesuatu yang mengejutkan terjadi, si kepala penjara mengantar mereka ke luar dari ruang penjara, kemungkinan mereka dibawa langsung ke tempat kediamannya, dan bertanya, “Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?” Perkataannya itu menimbulkan banyak pertanyaan: Sebagai contoh, sebenarnya apakah yang dimaksud oleh kepala penjara itu dengan perkataan “selamat”? Apakah ia cukup mengetahui tentang pengajaran kitab suci dalam hal pemakaian kata “diselamatkan” sebagaimana yang kita ketahui; atau apakah perkataannya itu hanya sekedar jeritan putus asa seorang penyembah berhala, yang takut kepada Kuasa yang berada di bawah perintah para misionaris itu, yang ingin diselamatkan dari segala akibat cara dia memperlakukan kedua orang itu?
Sudahkah orang-orang yang menyeret Paulus dan Silas ke penjara memberitahu dia bahwa hamba perempuan itu telah mengatakan bahwa kedua orang ini adalah “hamba Allah Yang Mahatinggi, yang memberitakan jalan kepada keselamatan.” Sudahkah Paulus dan Silas mengatakan sesuatu kepada dia ketika ia sedang memasung kaki mereka? Atau hanya secara naluri saja ia mengetahui bahwa kedua orang ini dapat menolong dia? Kita tidak bisa memberi jawaban yang pasti, namun yang berikut ini cukuplah jelas: penyembah berhala tak bertuhan ini batinnya sangat tergoncang. Namun perkataan kepala penjara itu menyediakan peluang sempurna kepadanya, juga bagi Paulus dan Silas. “Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu’.β “Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis.β Ini merupakan bukti ketulusannya; fakta bahwa ia membasuh bilur-bilur mereka merupakan bukti penyesalannya; fakta bahwa ia dibaptis merupakan bukti penyerahan diri dan hatinya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Jika kisah perubahan iman dan hidup kepala penjara ini diteliti secara menyeluruh, maka akan terlihat bahwa ia diselamatkan dari dosa-dosanya sama seperti semua contoh yang telah kita pelajari: Ia diajarkan injil; ia percaya kepada Yesus; ia bertobat dari dosa-dosanya; ia dibaptis. Satu malam dalam penjara adalah cukup untuk memberi pelajaran kepada kedua orang Yahudi pengganggu ini. Kepala penjara itu, sepertinya ikut dalam rombongan para pejabat yang diutus oleh para pembesar, “meneruskan pesan itu kepada Paulus, katanya: ‘Pembesar-pembesar kota telah menyuruh melepaskan kamu; jadi keluarlah kamu sekarang dan pergilah dengan selamat!'” (baca & maknai ayat 32). Sama seperti kepala penjara itu, marilah kita, setiap pribadi bersama βseisi rumahβ keluarga kita semakin baca dan mendengarkan Firman Tuhan, semakin menjadi percaya kepada Allah (maknai dan lalukan nas di ayat 34). Mari kian bersyukur, sukacita, semakin bersemangat untuk menghadapi semua tantangan hidup, untuk semakin percaya dan mengasihi Tuhan, berwujud mengasihi sesama manusia, tetangga, keluarga lain, mengasihi semua orang di lokasi manapun bagaimanapun, dan mengasihi semua kehidupan.
Amin.
Media: GKJ-N/No.01/06/2025
Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.
