TEKUN DAN TAHAN UJI DALAM IMAN (Roma 5: 1-5)

Renungan Minggu, 12 Juni 2022

TEKUN DAN TAHAN UJI DALAM IMAN
(Roma 5: 1-5)

“ dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.” (Roma 5: 4)

 

Tekun Dan Tahan Uji Dalam Iman

Pada umumnya, tidak ada orang yang mau mengalami kesengsaraan.
Kita ingin terhindar dari kesengsaraan baik selama kita hidup di dunia ini maupun ketika kita telah mati.
Kerinduan manusia masuk surga dan terbebas dari neraka menunjukkan bahwa kita tidak ingin mengalami kesengsaraan abadi.
Namun dalam dalam hidup ini, ternyata kita tidak sepenuhnya bebas dari kesengsaraan. Dari yang kecil sampai yang besar. Dari sebab kelalaian kita sendiri sampai kejahatan orang lain.
Dari yang sementara sampai yang terus-terusan. Kesengsaraan yang dialami seseorang bisa menimbulkan respons yang berbeda-beda.
Ada yang semakin bertambah sengsara baik secara fisik maupun psikis karena merasa ditinggalkan oleh Tuhan.
Namun ada juga yang tetap bertahan di dalam iman kepada Tuhan dalam kesengsaraan yang dialami karena yakin Tuhan tidak meninggalkannya dalam kesengsaraan hidup yang terjadi.

Rasul Paulus dalam perikop ini menunjukkan kepada kita bahwa para pengikut Kristus dapat bermegah dalam kesengsaraan yang dialaminya.
Kata “bermegah” di sini juga bisa berarti bersukacita.
Mengapa kesengsaraan malah bisa membuat pengikut Kristus bersukacita?
Rasul Paulus memberikan penjelasannya.
Kesengsaraan dapat menimbulkan ketekunan.
Ketekunan dapat menimbulkan tahan uji.
Tahan uji dapat menimbulkan pengharapan.

Ya, kesengsaraan memang bisa menimbulkan ketekunan.
Ketekunan dalam bahasa Yunani ‘hupomone” mengandung makna semangat yang muncul terus menerus untuk tidak mau kalah dengan kondisi hidup yang dialami.
Ketekunan dalam pengertian ini berarti terus menerus bersikap tidak mau dikalahkan oleh kondisi hidup yang ada.
Dari ketekunan inilah kemudian tumbuh tahan uji, dalam bahasa Yunani “dokime”, yang bermakna lebih kuat, lebih baik.
Kata “dokime” sering dipakai untuk menggambarkan kondisi logam yang telah diuji dalam api sehingga menghasilkan logam yang lebih baik. Dan dari tahan uji inilah tumbuh pengharapan.
Pengharapan inilah yang memampukan manusia melihat sisi lain dari kesengsaraan hidupnya. Kesengsaraan hidup tidak harus membuat hidupnya hancur berantakan, namun justru sebagai kesempatan baginya untuk tetap tumbuh berkembang dalam Tuhan.
Itulah sebabnya para pengikut Kristus bisa bermegah atau bersukacita saat mereka menghadapi kesengsaraan hidupnya, bukan karena mereka memuja-memuja kesengsaran hidup yang dialami, melainkan mereka bisa melihat dengan kaca mata iman, kesengsaraan hidup tidak harus membuat mereka jauh dari Tuhan.

Dalam kesengsaraan hidup kita tetap bisa mendekat pada Tuhan, karena Tuhan pada dasarnya selalu dekat dalam hidup orang percaya. Dalam dekat pada Tuhan inilah, kita tetap bisa bertumbuh dalam iman saat menghadapi kesengsaraan hidup.

Amin.

Media: GKJ-N/No.24/06/2022

Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.

Share