YESUS MEMANGGILKU UNTUK SETIA (MARKUS 6: 6B-13)
”Ia memanggil kedua belas murid itu dan mulai mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat.” (Markus 6:7, TB2)
Yesus Memanggilku Untuk Setia
“Beliau telah dipanggil Tuhan”, kalau kita mendengar kata-kata semacam ini, tentu kita harus lebih dahulu jelas apa maksudnya. Kata-kata ini bisa punya beberapa arti. Kata-kata ini bisa berarti, dan biasanya ini pemahaman yang umum, sebagai seseorang yang telah meninggal dunia. Seseorang yang telah berpulang kepada Bapa. Dipanggil di sini berarti wafat. Namun tentu kata-kata ini bisa berarti lain. Dipanggil di sini juga bisa berarti diberi tugas atau mandat dari Tuhan. Seseorang yang dipanggil Tuhan berarti seseorang yang dipilih dan diberi mandat oleh Tuhan untuk mengerjakan apa yang diperintahkan Tuhan.
Kedua belas murid dipanggil Tuhan Yesus. Tentu saja, dalam pengertian kedua belas murid dipanggil untuk melaksanakan mandat Yesus. Panggilan ini, pertama-tama adalah prakarsa Yesus. Bukan murid-murid yang mengusulkan diri sendiri, tetapi karena kehendak Yesus. Apa yang dialami oleh kedua belas murid Yesus, bisa dirinci dalam tiga tahap. Pertama, panggilan pertama mereka untuk mengikut Yesus. Kedua, penetapan sebagai murid. Ketiga, pengutusan mereka sebagai murid untuk melakukan mandat Yesus.
Panggilan-penetapan-pengutusan, pada dasarnya bukanlah jalan yang begitu saja mudah dilalui. Selalu ada banyak rintangan yang bisa menghadang, termasuk penolakan orang lain terhadap mereka. Diperlukan kesetiaan para murid untuk menjaga panggilan-penetapan-pengutusan. Mereka diharapkan tetap bersandar pada pemeliharaan Allah atas hidup mereka dalam beragam tantangan yang mereka hadapi.
Kesetiaan untuk bersandar pada pemeliharaan Allah harus terwujud dalam sikap mereka saat mewujudkan tugas pengutusan mereka. Mereka tidak diutus dalam rombongan besar, melainkan berdua-dua. Yesus bahkan berpesan pada mereka supaya tidak membawa apa-apa, kecuali alas kaki, tongkat, dan satu baju yang mereka pakai. Tidak perlu membawa kantong perbekalan, roti, dan uang. Lalu bagaimana mereka bisa bertahan hidup, jika tidak memiliki apa-apa? Di sinilah mereka akan belajar setia dengan pemeliharaan Allah atas diri mereka. Pemeliharaan Allah salah satunya akan tampak dalam kesediaan orang lain yang membuka hatinya untuk menjamu dan menerima mereka. Allah akan membuka hati mereka untuk mau menjamu dan menerima kedatangan kedua belas murid ini.
Memang, tidak selalu mudah untuk setia dalam panggilan-penetapan-pengutusan kita sebagai murid-murid Yesus. Konteks keduabelas murid tentu juga tidak sama dengan konteks kita saat ini. Namun demikian, kesetiaan tetap diperlukan dalam memelihara panggilan-penetapan-pengutusan Tuhan yang dianugerahkan kepada kita. Jadi, tetap setialah pada pemeliharaan Tuhan.
Amin.
Media: GKJ-N/No.01/07/2024
Oleh: Pdt. Agus Hendratmo, M.Th.